BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Jelang memasuki bulan suci Ramadan, sejumlah sembako di Pekanbaru mengalami kenaikan. Bahkan yang mencolok seperti gula pasir kenaikan harga sudah mencapai 50 persen.
Kepala Bidang Perdagangan Disperindag Pekanbaru, Mas Irba H Sulaiman kepada bertuahpos.com mengatakan memang kenaikan harga diakibatkan adanya spekulasi harga. Artinya pedagang mencoba mengambil untung lebih banyak menjelang dan sesudah ramadhan.
Sebab selama Ramadan atau lebaran nanti, masyarakat cenderung konsumtif. Terutama untuk membeli jajanan berbuka atau sahur. Seakan tidak ingin kehilangan momen para pedagang pun ramai-ramai menaikkan harga dengan alasan stok terbatas.
Selain taktik itu, Irba membeberkan, pedagang atau penyuplai sembako punya trik lain agar meraup untung. “Jadi mereka spekulan naikkan harganya bertahap. Kenapa begitu? Karena spekulan menghindari intervensi dari pemerintah. Kalau kenaikan harga dirasa tidak wajar atau di atas 20 persen peraturan membolehkan intervensi,” kata Irba.
Dirinya mencontohkan, misal harga cabai minggu pertama naiknya Rp2.000, pekan berikutnya naik lagi Rp1.000. Sewaktu dekat Ramadan nanti dihantam lagi naik Rp3.000. “Makanya kemarin harga cabai yang normalnya Rp25 ribu bisa sampai Rp50 ribu. Nah, saat kebetulan Pekanbaru ada panen cabai kita sebar, langsung cabai di pasar turun dari Rp50 ribu ke Rp25 ribu. Itu membuktikan adanya spekulan,” sebutnya.
Lalu alasan kenapa Disprindag tidak bisa langsung menstabilkan harga. Karena kenaikannya terjadi bertahap. Sedangkan peraturannya pemerintah boleh mengintervensi kalau kenaikan itu langsung di atas 20 persen.
Untuk itu Irba menilai agar pemerintah melonggarkan aturan. Bahwa intervensi harga tidak mesti di atas 20 persen. “Kalau masih seperti itu, spekulan akan curi-curi kesempatan. Pokoknya kenaikan harga itu dicicil mereka supaya pemerintah tidak intervensi,” sebutnya.
Sedangkan untuk operasi pasar, Irba menyebutkan Disperindag Pekanbaru pendanaannya terbatas. Sehingga tidak bisa serta merta apabila ada kenaikan harga yang tidak wajar, langsung operasi pasar. “Memang ada dana di APBD tetapi itu untuk kasus seperti bencana alam atau kondisi darurat lainnya. Kalau di Disperindag anggaran terbatas. Makanya kita membangun komunikasi ke pihak Bulog atau pemerintah pusat dalam stabilkan harga,” jelasnya.
Namun demikian, Irba mengharapkan agar masyarakat tidak perlu resah. Karena apabila harga sembako naik, pemerintah dapat melakukan intervensi. “Kepada pedagang kita himbau jangan asal naikkan harga. Karena mereka juga yang rugi, sudahlah ekonomi lesu makin tidak laku,” katanya.
Penulis: Riki