BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU-Â Tragedi pemerkosaan yang berujung meninggalnya Yuyun, Siswi SMP di Bengkulu benar-benar mengejutkan publik. Parahnya lagi, 14 pelaku juga merupakan pelajar bahkan kakak tingkat Yuyun di sekolah.
Kontan saja kasus ini menjadi ramai dibahas. Apalagi setelah Presiden Jokowi berkomentar agar Pelaku dihukum seberat-beratnya. Kemudian kembali mencuat wacana agar pelaku kejahatan seksual di Hukum kebiri.
Alasannya, yang dilakukan pelaku termasuk Extraordinary Crime atau kejahatan luar biasa. Sehingga guna memberikan efek jera, dan supaya tidak ada Yuyun lainnya, hukum Kebiri perlu diadakan.
Namun Psikolog Indah Damayanti, M Psi memiliki pandangan yang berbeda. Meski di kacamata hukum, sanksi kebiri itu dibolehkan namun tidak bisa di sama ratakan. “Pelaku ini mereka juga korban. Korban dari rendahnya pendidikan moral terhadap mereka,†sebut Indah, Kamis (12/05/2016).
Dosen Fakultas Psikologi UIN Suska Riau ini menilai yang menjadi sorotan semestinya bukan diadakan hukum kebiri atau tidak. “Yang kita perlu lihat itu latar belakang, seperti apa pengasuhan dan pengawasan orangtua. Bagaimana pendidikan yang didapat, lingkungan seperti apa sehingga mereka para remaja ini tega melakukan perbuatan keji begitu,†sebutnya.
Memang kata Indah perbuatan yang dilakukan 14 orang pelaku memperkosa sampai terjadinya pembunuhan itu layak dikecam. “Sudah pasti mereka salah. Tetapi menerapkan hukum kebiri harus dipertimbangkan. Lagi pula remaja ini melakukan tindakan keji akibat pengaruh Miras (minuman keras). Artinya Bagaimana lingkungan sehingga remaja ini mudah dapatkan Miras?†kata Indah.
Jadi sanksi kebiri kepada 14 remaja tersebut bukan menyelesaikan masalah. “Bicara adil atau tidak adil tentu berbeda lagi pembahasannya. Tetapi mengenai sanksi kebiri untuk remaja ini bukan solusi,†sebutmya.
Bagi Indah tragedi Yuyun ini menyadarkan masyarakat bahwa jangan mengacuhkan penyimpangan-penyimpangan di lingkungan. Seperti menganggap remeh peredaran miras kepada remaja-remaja ini.
“Nah, masyarakat harus membuka mata. Yang dipertanyakan itu kenapa tragedi itu bisa terjadi. Artinya kita harus mawas diri, jangan tutup mata dengan sekitar. Semestinya juga peduli jangan membiarkan remaja-remaja di lingkungan kita tanpa pengawasan,†himbaunya.
Penulis: Riki