BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU– Kemajuan teknologi saat ini tidak dapat dihindari. Terutama pada kecanggihan ponsel dan murah akses internet membuat hampir semua yang diinginkan bisa diperoleh dengan mudah.
Hal ini pula yang membuat perubahan terhadap pola hidup masyarakat. Terutama dalam mendapatkan pelayanan jasa seperti tiket pesawat atau penginapan. Semuanya sudah bisa diakses atau pesan lewat ponsel pintar atau smartphone.
Ternyata kebiasaan ini mendapatkan semuanya serba online, membuat bisnis travel agent alami masa surut. Seperti yang dikatakan Ketua Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA), Dede Firmansyah.
“Dampaknya tentu saja pengurangan costumer itu pasti. Padahal kebanyakan travel agent di Pekanbaru dan Riau umumnya mengandalkan penjualan tiket dan kamar hotel,†katanya, Jumat (29/04/2016).
Dampaknya tentu saja pendapatan dari travel agent menjadi turun. Bahkan tidak sedikit yang terancam biro jasa perjalanan gulung tikar bahkan sudah bankrut.
Makanya Dede telah menawarkan kepada travel agent agar lebih mengoptimalkan potensi dari market tur. “Karena kalau hanya mengandalkan dari penjualan tiket atau kamar hotel itu kecil sekali pendapatannya. Makanya kita lebih mengarahkan ke tur, karena market ini masih sangat potensial,†kata Dede.
Supaya para travel agent tidak kewalahan dalam mengisi kuota rombongan supaya bisa menghemat biaya perjalanan. Dede menawarkan dengan konsep konsorsium. “Tanggapan kawan-kawan baikdan sudah ada yang setuju. Jadi konsorsium itu misal, biasanya kalau kita sediakan paket tur minimal untuk 20 orang. Kalau hanya satu travel agent yang mencarikan biasanya sulit. Nah, dengan konsursium bisa lima travel agent memenuhi kuota 20 orang tentu lebih mudah,†usulnya.
Dengan begitu kata Dede bisa mengantisipasi gulung tikar travel agent. “Saat ini anggota Asita ada 168 travel agent. Kan sangat sayang kalau sampai tutup, padahal mengurus izin ini dan itu tidak mudah dan mengeluarkan biaya,†sebutnya.
Selain itu Dede juga meminta kepada pemerintah daerah agar mengeluarkan kebijakan untuk membendung situs online yang menggarap market travel agent. “Karena tidak adil, masak travel agent yang mengurus izin dan mengeluarkan biaya tidak sedikit. Bersaing dengan situs online. Mereka (Situs online) enak bisa menawarkan harga murah karena tidak mengurus izin atau berkantor di Pekanbaru. Di sini kita minta pemerintah membuatkan peraturan daerah yang mengaturnya,†sebut Dede.
Penulis: Riki