BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Wakil Wali Kota Pekanbaru, Ayat Cahyadi, turut memkritisi adanya kasus seorang anak bernama Sami yang dipaksa mengemis oleh orang tuanya sendiri. Parahnya, jika anak tersebut tidak mendapatkan uang, orang tuanya akan menyiksa Sami.
Ayat Cahyadi ketika dikonfirmasi masalah tersebut menegaskan bahwa, apa yang dilakukan oleh orang tua terhadap Ami yang dipaksa mengemis tersebut bisa dikenakan UU Perlindungan Anak.
“Apakah sudah di konfrontir ke ibunya? Jika ini benar, si ibu bisa dijerat dengan UU Perlindungan Anak,” tegas Ayat Cahyadi kepada bertuahpos.com melalui BBM pribadinya, Jumat (1/4/2016).
Ketika dijelaskan bahwa Dinas Sosial (Dinsos) pernah memberikan bantuan kepada orang tua Sami dan ternyata ibunya masih menyuruh anaknya mengemis, Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru akan menindak lanjuti hal tersebut.
“Terima Kasih. Segera saya perintahkan dinsos untuk carikan solusi,” tutupnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Sami Afriani Saputri, bocah berusia 8 tahun itu hanya bisa terduduk lesu di sebuah kursi kayu di ruang kelas I C, Sekolah Dasar Negeri 91 Pekanbaru.
Ada yang aneh dari muka bocah yang biasa dipanggil Ami itu. Pelipis mata sebelah kanannya terlihat sedikit bengkak membiru. Dengan nada bicara polos dan tatapan kosong, Ia mengatakan bahwa bengkak di sekitaran bagian matanya itu karena dipukul ibunya.
( Baca:Beginilah Kisah Sami, Bocah 8 Tahun yang Dipaksa Ibunya Mengemis)
“Kalau tak dapat duit banyak, dipukul,” katanya saat berbincang dengan bertuahpos.com.
Hampir setiap hari, usai pulang sekolah Ami melakoni pekerjaan sebagai pengemis di lampu merah di Pekanbaru. Usai makan siang di rumah, ibunya biasa mengantarkan Ami dan seorang kakak laki-lakinya bernama Nur Ahmad Brasa ke beberapa titik lampu merah di Pekanbaru. Misalnya saja di pertigaan lampu merah Jalan Sekolah Rumbai, perempatan Mall SKA, atau di pertigaan lampu merah di Pandau.
“Perginya habis pulang sekolah, ganti baju, makan siang, langsung diantar mamak. Di lampu merah, disuruh minta-minta. Abang dapat duit 100 ribu. Ami dapat duit cuma 60 ribu, kena pukul,” ujar Ami dengan polosnya.
Dia bercerita selalu pergi ketika usai pulang sekolah. Uang yang mereka bawa pulang harus banyak supaya tidak kena pukul. Tidak jarang Ami kadang pulang jam 01.00 WIB malam, berjalan kaki dari tempat dia mengemis ke rumahnya. Bahkan pulang selarut itu dari panam ke rumbai seorang diri.
Minimal, bocah yang masih duduk dibangku sekolah dasar itu harus membawa uang Rp 100 ribu untuk disetorkan kepada sang ibu. “Kalau bawa uang 100 ribu tidak kena pukul. Kalau kurang, kena pukul,” sambungnya.
Penulis: Iqbal