BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU– Kurang dari setahun lagi, dua daerah di Riau yakni Kabupaten Kampar dan Kota Pekanbaru ikut serta Pemilihan Kepala Daerah serentak 2017. Bahkan masing-masing kandidat sudah mulai unjuk diri dengan memanfaatkan atribut sosialisasi diri seperti spanduk mau pun baliho.
Menurut Representative Officer PT Indo Premier Securities Pekanbaru, Nugroho Gatot Prasetiyo, riuh Pilkada serentak yang akan berlangsung kurang setahun lagi tidak akan berdampak banyak kepada pasar saham domestik. “Tidak ada pengaruhnya,” sebutnya Rabu (30/03/2016).
Nugroho menjelaskan pasar modal domestik lebih dipengaruhi pada kondisi perekonomian global, kurs mata uang, serta kebijakan-kebijakan pemerintah terhadap sektor ekonomi. Sedangkan Pilkada serentak sifatnya lebih kepada kegiatan politik, tidak memberikan dampak langsung ke bursa saham. “Kalau pun ada sifatnya uforia sementara. Cuma satu harikan, habis itu selesai, jadi pengaruhnya tidak terasa,” katanya.
Dicontohkan Nugroho seperti saat adanya aksi pengeboman di Sarina Jakarta yang katanya membuat saham anjlok. Kenyataannya meski ada efeknya, namun pasca bom pergerakan saham kembali normal. “Begitu juga dengan pilkada serentak 2017 ini, hanya uforia sebentar saja,” katanya di kantor PT Indo Premier di Sudirman City Square B 11 Jalan Jenderal Sudirman Pekanbaru.
Mengenai pasar modal awal tahun ini disampaikan Nugroho merupakan tahun pemulihan setelah 2015 mengalami tekanan yang hebat. “Bisa dibilang 2016 masa recovery, jadi minat untuk pembelian saham kondisinya di Indonesia semakin baik,” katanya.
Sebab itu masih kata Nugroho, Indo Premier Securities senantiasa memberikan edukasi kepada masyarakat. Terutama kepada para mahasiswa yang bisa dikatakan juga banyak di Pekanbaru.
“Kenapa mahasiswa? Pertanyaannyakan gitu. Sebab mereka inilah yang nanti selepas tamat kuliah dan bekerja bisa langsung ikut serta diperdagangan saham. Apalagi sekarang sudah mudah, kalau dulu harus beli satu lot yang 100 lembar saham. Sekarang ada sistem nabung saham,” sebutnya.
Nabung saham yang dimaksud, dengan Dana yang tidak besar misal Rp 50 ribu atau Rp 100 ribu, mahasiswa sudah bisa memilih emiten yang diinginkan sahamnya dibeli. “Jadi nabung seperti di bank, setiap Dana yang kita sisihkan itu secara otomatis disesuaikan dengan harga saham emiten saat itu. Nah bayangkan kalau empat tahun saat masih mahasiswa sudah punya saham. Dan kalau memang mau dijual bisa dijual, ada capital gain selisih harga jual. Jadi kita lebih untung. Dari pada nabung di bank uang kita bukannya bertambah, malah berkurang,” jelasnya.
Penulis: Riki