BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU- Memperingati hari Air Sedunia atau World Water Day pada hari ini, Selasa 22 Maret. Tahun ini United Nations Water (UN Water) selalu mengangkat tema yang berbeda. dan tahun ini Water and Job atau Air dan Pekerjaan adalah tema yang dipilih oleh organisasi PBB ini. Hal ini karena semua kegiatan atau pekerjaan di atas bumi ini tergantung pada air.
Mungkin tak banyak yang tau, salah satu pekerjaan yang berhubungan langsung dengan air yaitu pengendali debit air. Zulkarnain adalah satu dari sekian banyak orang yang menggantungkan hidup sebagai pengendali debit air untuk wilayah Pekanbaru kota dan sekitarnya bercerita bagaimana suka dukanya selama menekuni profesi ini.
Selama 7 tahun Zulkarnain bertugas sebagai pengendali banjir Stasiun Pompa Banjir Senapelan. Saat ditemui di rumahnya, dirinya menceritakan gambaran pekerjaannya kepada kru bertuahpos.com. Tepat dibelakang rumah, Ia memperlihatkan bangunan besar menyerupai gudang tempat dia bekerja.
“Inilah tempat saya kerja, saat hujan lebat saya ya harus tidur disini,” kata Zulkarnain.
Ditemani anaknya yang berusia sekitar 6 tahun, pria berusia 42 tahun ini menunjukan satu persatu mesin pompa Auger, saluran pembuangan air, pintu air dan mesin hisap cadangan saat air semakin tinggi. Dua dinamo berukuran besar menyerupai mesin pompa air adalah mesin yang di andalkan Zulkarnain untuk mengurangi debit air menuju sungai Siak.
Bagi dia bekerja sebagai pengendali banjir sekilas memang terlihat santai dan tidak banyak yang harus dikerjakan.
“Kalau saat seperti ink memang nampaknya santai, nanti kalau sudah masuk bulan yang di akhiri dengan akhiran ber, bagi kami itu bulan siaga,” kata Zulkarnain.
Lamanya bekerja sebagai penjaga pintu air, pria berusia 42 tahun ini telah cukup paham akan karakter dan kondisi sungai Siak. Menurut Zulkarnain sirklus pasang surut sungai terjadi per 6 jam dan setiap harinya bergeser sekitar satu jam.
“Jam pasang surut sungai dapat diketahui dan mudah mudahan tidak pernah meleset,” kata Zulkarnain Selasa (22/3/2016).
Namun saat tingkat curah hujan semakin tinggi dan deras, Zulkarnain wajib terjaga hingga keadaan debit air stabil. Sehingga tidur malam hanya satu jam, dibangunkan warga karena daerah mulai tergenang banjir sudah biasa dialami Zulkarnain.
“Kalau hari hujan deras dan tidak ada yang buka pintu air di hulu ya saya harus sendiri hujan hujan ke sana buka pintu air, karena kalu jumlah air di hulu dan hilir sungai tidak sama tinggi pompa air tidak dapat dihidupkan, sistemnya pakai komputer soalnya,” tambah Zulkarnain.
Bagi Zulkarnain, bekerja melayani masyarakat dan harus terjaga saat hujan lebat memberi kepuasan tersendiri, asalkan masyarakat memiliki kesadaran untuk tidak membuang sampah sembarangan.
“Saya enggak peduli mau hidupkan mesin pompa sampai sepuluh kali pun enggak apa apa, asalkan masyarakat juga membantu saya memperhatikan lingkungan dan tidak mencemari air dengan sampah,” kata Zul.
Secara normal debit air yang terhitung dari current meter dibawah 1 meter, masuk masa siaga pada ukuran 2,1 meter, dan banjir besar yang pernah terjadi pada 3 meter di tahun 2008.
Namun setelah tersedianya mesin pompa air berskala besar Auger dapat memompa air sebanyak 2 kubik perdetik. Saat di singgung bagaimana peran pemerintah terhadap profesi yang saat ini dia emban, menurut Zulkarnain sejauh ini pemerintah cukup memperhatikan dan selalu memenuhi keperluan petugas pengendali air.
“Karena banjir biasanya hanya terjadi tiga kali setahun, hal yang kita butuhkan biasanya hanya BBM saja, untuk operasional mesin karena untuk menghidupkan mesin ini kita tidak pakai listrik dari PLN, Ada Genset khusus yang satu malamnya jika mesin hidup membutuhkan 8 drum bahan bakar,” tutup Zul.
Penulis: nova
  Â
Â