BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Bank Indonesia (BI) Wilayah Riau mencatat bahwa terjadi perlambatan kinerja perbankkan di Riau. Pernambatan kinerja perbankan itu terlihat dari laporan tahunan yang tercatat di BI sepanjang 2015 lalu.
Kepala BI Kantor Perwakilan Riau, Ismet Inono mengatakan penurunan kinerja perbankan justru terjadi di tengah perlambatan ekonomi Riau di tahun kemarin. Kata Ismet, penurunan kinerja perbankan itu dapat dilihat dari tingginya angka kredit macet dari 3,39 persen ditahun 2014, naik menjadi 3,86 persen ditahun 2015.
“Angka ini sudah mendekati 4 persen warning lah bagi kita. Sumbangan terbanyak yakni perbankan umum dan perbankan syariah,” ujarnya.
Meski angka 4 persen secara keseluruhan dari kredit macet yang terjadi di Riau itu masih dianggap angka yang bisa ditolerir tapi tetap menjadi perhatian khusus pihak BI. Hal itu terjadi tidak lain karena meningkatnya kredit konsumsi di Riau. Sementara untuk penyaluran kredit UMKM mengalami kontraksi sebesar 0,74 persen.
Tingginya angka kredit macet diperbankan Riau, menurut Ismet, harusnya tidak hanya menjadi perhatian bagi Bank Indonesia. Perbankan yang bersangkutan juga diminta untuk lebih selektif melakukan penyaluran kredit. Hal itu dalam rangka upaya perbaikan kinerja perbankan untuk tahun 2016.
“Pihak perbankan harus punya perkiraan dan perancanaan yang jelas dalam rangka menekan angka kredit macet di perbankan Riau,” sambungnya.
Sebelumnya BI sudah mengeluarkan rilis bahwa proyeksi ekonomi Riau 2016 kemungkinan besar akan membaik. Terutama dengan banyaknya dikeluarkan paket kebijakan ekonomi oleh pemerintah. Proyeksi itu bahkan menyentuh angka 5 persen lebih. Ekonomi Riau diperkirakan tumbuh seiring dengan daya saing Riau dengan pasar global.
“Soal kredit macet di Riau ini jadi perhatian kita juga walau di bawah aturan main 5 persen. 2016 itu harus dipertahankan kalau bisa turun. Kalau nasional 2,7. Tahun 2014, 3,23 persen lebih. Tahun ini bank banyak megurangi ekspansi kredit. Kelesuan ekonomi karena terlalu berharap pada sawit dan gas. Kalau untuk kegiatan ekonomi bagus. Adapengaruh tapi kecil. Realisasi APBD cukup berpegaruh,” sambungnya
Sebagian besar penyumbang kredit macet terjadi pada bidang dunia usaha yakni mencapai 8,86 persen, sedangkan di sektor konruksi 8,22 persen.
Penulis: Melba