BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Meski perpanjangan runway di Bandara Sultan Syarif Kasim (SKK) II sudah rampung, namun penambahan jalur untuk landasan pesawat itu belum bisa difungsikan.
Menurut General Manager PT Angkasa Pura II Jaya Tahoma S, mengakui bahwa infrastuktur untuk landasan penerbangan itu memang sudah rampung 2.600, namun untuk pengoperasiannya masih kurang beberapa syarat dan ketentuan. Salah satunya tentang pemintaan instrumen landing sistem, ke jarak panjang runway itu.
“Kemudian ada juga beberapa lahan yang harus kami bebaskan. Supaya runway strip-nya memenuhi standar. Masih ada juga masalah ruas untuk pesawat mutar, yang belum dilengkapi. Itu juga dibutuhkan untuk pesawat TNI,” tambahnya.
Hal itu dianggap penting, sebab di Bandara SSK II belum memiliki ketentuan lain untuk bisa dilakukan operasi runway itu. Jika dihitung-hitung, pihak Angkasa Pura II masih perlu merogoh kocek sebantak Rp 75 miliar lagi untuk investasi itu. “Yang jelas pekerjaan-pekerjaan ini bisa kami selesaikan, butuh waktu 6 sampai 9 bulan kedepan,” katanya.
Sementara untuk lahan yang perlu dilakukan pembebasan, kata Jaya, kurang lebih 3,5 hektar untuk 2.600 meter runway. Jika rencana pembangunan runway itu akan diperpanjang menjadi 3000 meter tentu akan membutuhkan lahan lebih kurang 20 hektar yang harus dilakukan pembebasan.
“Kalau itu memang sudah menjadi kebutuhan pemerintah dan masyarakat Riau, untuk melakukan penambahan jalur. Contohnya untuk pesawat dengan badan besar, terbang jarak jauh dengan kapasitas penuh,” katanya.
Untuk pembebasan lahan sendiri, pihak PT Angkasa Pura II menyebutkan bahwa untuk memenuhi standar operasional runway 2.600 meter, semester pertama 2016 ini, dinyatakan rampung. Sementara untuk runway 3.000 meter, pihaknya melihat bagaimana progresnya kedepan. Jangan sampai setelah dilakukannya pembebasan lahan atau runway diperpanjang sampai 3.000 meter, ternyata aktifitas operasional pesawat di Bandara SSK II tidak banyak.
“Untuk perpanjangan runway yang 3.000 itu yang jelas masih kami kaji dulu. Sementara untuk memindahkan instrumen landing sistem itu memang tugas Angkasa Pura. Tapi setelah dipindahkanpun harus dikalibrasi lagi. Yang melakukan itu tentu pihak Air Navigasi,” tambahnya.
Untuk melakukan kalibrasi juga tidak mudah, Kata Jaya, lembaga kalibrasi itu baru hanya ada satu-satunya di Indoensia. Mereka terbentur masalah jadwal kalibrasi diseluruh bandar udara di Indonesia.
“Standarnya ketat sekali. Tapi kami akan berusaha untuk mengoptimalkan itu,” sambungnya. (Melba)