BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Bank Indonesia Kantor Pewakilan Riau sejak jauh-jauh hari telah mengingatkan kepada masyarakat, untuk berhati-hati dalam melakukan transaksi tunai. Pasalnya, jika ditemukan ada uang palsu dalam transaksi itu, uang tersebut akan ditarik BI dan tidak akan digantikan dengan uang asli.
Kepala BI Kantor Perwakilan Riau, Ismet Inono mengatakan, masyarakat diminta untuk teliti dan selektif menerima uang saat melakukan transaksi. Terutama nominal uang Rp 100 ribu dan uang Rp 50 ribu. Kejadian seperti itu pernah dialami Ismet ketika BI melakukan kunjungan ke Kabupaten Kepulauan Meranti.
BI mendeteksi seorang nenek renta membawa uang palsu Rp 100 untuk belanja. Uang itu dia dapatkan dari seseorang yang menukarkan uang Rp 50 ribu dari nenek itu dengan uang palsu Rp 100 ribu. Uang Rp 100 ribu itu dibawanya untuk berbelanja. Setelah ketahuan bahwa uang tersebut adalah uang palsu, BI langsung mengamankan uang itu, dan tidak diganti.
“Kadang kami miris juga melihatnya. Dia cuma punya uang itu untuk belanja. Ternyata uang palsu. Mau tidak mau harus kita tarik. Aturannya sudah seperti itu. Terpaksalah kawan yang mengeluarkan uang pribadinya untuk mengganti. Kalau uang dari BI sendiri tidak bisa,” katanya, Selasa (29/12/2015).
Berangkat dari pengalaman itu, Ismet menyebutkan masyarakat diminta untuk sangat hati-hati dengan peredaran uang palsu. Tahun 2015 saja ada sebanyak 500 lebih lembaran uang palsu yang masuk dalam catatan BI. Angka ini meningkat dibanding 2014 lalu, uang palsu yang tersebar hanya 400 lembar lebih.
“Walau ada peningkatan jumlah lembaran uang, angka ini turun dibanding 2013, yakni sebanyak 1.167 lembar uang palsu yang beredar di masyarakat” katanya.
Peristiwa seperti itu tidak hanya terjadi di Kabupaten Kepulauan Meranti saja. Tapi ada banyak kejadian serupa di beberapa wilayah di Pekanbaru. BI tidak melakukan penggantian terhadap uang palsu yang ditarik dengan alasan bahwa uang palsu tidak ada nilainya.
Kata Ismet, berbeda dengan uang rusak. Walau nilainya berkurang, tetap ada angka yang dihitung dan dilakukan penggantian uang, walau jumlah nominalnya kadang lebih sedikit.
“Masalah ini memang cukup serius menjadi perhatian BI. Makanya kami akan terus melakukan edukasi kepada masyarakat, terutama soal membedakan yang mana uang palsu dan yang mana uang asli,” ujarnya.
Namun demikian, kata Ismet semakin tinggi kesadaran masyarakat terhadap pengenalan uang palsu, maka semakin banyak jumlah laporan yang masuk ke BI. (Melba)