BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Tak ada yang membantah, bahwa pornografi sangat bahaya dan memberi dampak negatif yang luar biasa. Bahkan, ‘bisnis syetan ini’ kian menjamur dan telah memasuki sendi-sendi kehidupan.
Â
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan belanja yang dikeluarkan untuk pornografi tahun 2014 tembus diangka lebih dari Rp 50 triliun. Angka itu melebihi dari belanja narkoba.
Â
Menurut Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, kelompok yang potensial untuk diperdagangkan adalah anak-anak yang sering dijadikan korban dalam industri pornografi dan kekerasan seksual.Â
Â
Tentunya, yang paling menakutkan ialah banyaknya anak-anak masuk ke pornografi melalui tatanan keluarga. Lantas apa saja yang membuat anak terjebak jeratan pebisnis pornografi? Dan apa solusinya?
Â
Menurut John Harmer, mantan politisi dan mantan letnan gubernur California, yang juga mengepalai the Lighted Candle Society (organisasi yang memerangi pornografi di Amerika) mengatakan, penyebab anak terjebak jeratan pebisnis pornografi diantaranya keringnya hubungan orangtua dan anak.
Â
Kemudian kurangnya sensitifitas orangtua terhadap pornografi  dan disusul banyak orang dewasa yang menganggap pornografi sebagai humor. Ini artinya, hubungan orangtua dan anak yang kering termasuk penyebab anak mengalami BLAST (Bored-Bosan, Lonely-Kesepian, Angry-Marah, Afraid-Takut, Stress-Stres, Tired-Lelah).Â
Â
Menurut Dai yang juga politisi PKS Pekanbaru Sofyan Siroj, anak BLAST adalah target utama pebisnis pornografi. Contohnya, orangtua yang tidak sensitif terhadap pornografi, biasanya tidak membuat aturan ketika memberi gadget pada anak.Â
Â
“Inilah masalahnya, banyak orang tua yang tidak memberi batasan dan memberi tahu manfaat yang sangat banyak dari gadget yang diberikan, dan memberitahukan juga bahwa bahaya yang dapat merusak otak. Kelalaian para orangtua yang tidak mengingatkan anak untuk menjaga matanya dari hal-hal yang membahayakan, menjadi penyebab halus,” sebut Sofyan Siroj kepada bertuahpos, Jumat (20/11/2015).
Â
Menurutnya, orangtua yang tidak sensitif terhadap pornografi, tidak menyadari bahwa bencana dapat terjadi dari ujung jemari anaknya. Hanya dengan 1 kuku jari, anak dapat terjerat jebakan pebisnis pornografi.
Â
Ia menyayangkan, saat ini banyak orang dewasa yang menganggap pornografi sebagai humor dan membiarkan lagu dangdut erotis didengar anak-anak. Lalu juga membiarkan acara TV beradegan dewasa dilihat anak-anak.Â
Â
Padahal, lanjut Sofyan yang sering memberikan konsultasi keluarga, hal itu adalah pornografi kategori halus. Memang bahayanya tidak langsung terlihat, namun berfungsi sebagai pancing bagi kategori yang lebih tinggi.
Â
“Inilah masalah kita, bencana yang paling besar adalah ketika para orangtua tidak sadar ada bencana. Kondisinya sudah sangat parah, orang tua harus melindungi anak dari bencana pornografi dan kejahatan seksual,” imbaunya.
Â
Ia menambahkan, orang tua harus menyadari dari dini, bahwa mengasuh dengan benar dan baik anak akan menyelamatkan kehidupannya. “Bukankah menyelamatkan satu anak sama dengan menyelamatkan kemanusiaan,” tambah Ketua DPD PKS Pekanbaru ini.(mj)
Â