BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Kamar Dagang Industri (Kadin) Riau sejak awal sudah memprediksi bahwa sikap ketidakpedulian Pemprov Riau akan memperburuk kinerja perekonomian Riau tahun ini.
Wakil Ketua Umum Kadin Riau Bidang Ekonomi dan Kerjasama, Viator Butarbutar mengatakan, bisa diperhatikan dari sisi penggunaan atau eprenditure approach, akan terlihat bahwa perekonomian Riau sangat bergantung pada kegiatan ekspor. Lebih dari Rp 262 triliun nilai PDRB Riau tahun 2014 bersumber dari kegiatan ekspor minyak bumi, CPO dan palp and paper.
“Kondisi seperti ini yang selalu mendasari saya menyatakan bahwa fakta internasionalisasi perekonomian Riau harus mendasar pada pengembangan ekonomi. Sayangnya hal itu tidak cukup terakomodasi dalam kebijakan ataupun program pembangunan di APBD Riau dari tahun ke tahun,” katanya, Rabu (18/11/2015).
Ketidakpedulian Pemprov Riau itulah yang semakin membuat kinerja ekonomi Riau buruk dan terjadi penurunan. Bahkan keterpurukan itu semakin parah untuk sektor tertentu, misalnya harga CPO anjlok ditahun 2008.
“Subsektor perkebunan terpukul sangat berat. Petani dan perkebunan sawit menjerit sebab harja jual TBS terjun bebas ketika itu. Bahkan menyentuh harga 250 rupiah perkilogramnya,” sambungnya.
Kejadian serupa pada triwulan ke II tahun 2015 ini kembali lagi. Harga sawit turun tajam karena lemahnya permintaan internasional terhadap CPO, diantara faktor penyebab, melemahnya rupiah terhadap dollar, termasuk euro, yuan, rupee dan ringgit. Secercah harapan muncul saat harga rupiah terhadap dollar perlahan mengiat. “Ternyata harga sawit jatuh makin parah,” ujarnya.
Sementara kinerja Pemprov Riau pada situasi itu, ketika harga minyak bumi di pasar internasional menurun drastis melakukan rasionalisasi dana APBD hingga Rp 6,8 triliun. Tidak sedikit pula rencana kegiatan pembangunan direvisi.
“Sangat mungkin pemerintah pusat akan melakukan revisi terhadap dana bagi hasil sumber daya alam di triwulan IV. Alasannya sangat tidak masuk akal. Asumsi harga minyak bumi 2015, 60 dollar perbarel. Faktanya diakhir tahun malah berputar-putar diangka Rp 45 dollar perbarel,” sambungnya (melba)