BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU– Harga Tanda Buah Segar (TBS) Kepala Sawit di Riau semakin melemah ke harga terendah. Yang paling merasakan dampak dari turunnya harga TBS Riau pekan ini adalah petani
swadaya.
Harga berkisar diangka Rp 650 sampai Rp 800 perkilogramnya. Hal ini sangat merugikan pemilik kebun sawit, dan mengancam perekonomian Riau yang selain Migas juga didominasi perkebunan sawit.
Menurut Kepala Bulog Riau dan Kepri, Faruq Octobri Qomary, sudah saatnya pemerintah memikirkan komoditi unggulan lain. Seperti, menggalakkan alih fungsi lahan untuk pertanian, terutama beras.
Pasalnya hingga saat ini, suplai beras ke Provinsi Riau 99 persennya berasal dari luar daerah. Sedangkan petani hanya mampu menyediakan pasokan 1 persen dari total semua kebutuhan. “Jadi kalau daerah lain panennya terganggu akibat musim, pasti berpengaruh,” katanya.
Menurutnya beberapa daerah di Riau berpotensi menjadi sentra tanam padi. “Seperti Siak, Pelalawan, Meranti, sebagian Kampar, Tembilahan dan Rokan Hilir punya potensi untuk itu,” katanya.
Faruq menuturkan untuk di Riau, bisnis pertanian memiliki peluang jangka panjang. Pasalnya dengan bertambahnya penduduk, daerah pemasok tidak serta merta bisa menambah suplai, sebab minimnya perluasan persawahan.
“Kalau potensi ada, apalagi selain harga yang baik juga orang Riau kurang suka dengan beras pulen jawa. Makanya kalau padi lokal selain bisa menyuplai kebutuhan, juga sesuai selera orang Riau,” tuturnya.
Seperti di Pekanbaru rata-rata harga beras di atas Rp 10 ribu. Seperti beras merek Belida, Topi Koki Rp 11 ribu per kg, Mundam seharga Rp 12.500 per kg, Pandan Wangi dan Ramos seharga Rp 13 ribu.
Sebagai informasi kebutuhan akan beras di Riau masih kurang. Pada 2014, angka kebutuhan beras di Riau mencapai angka 616.115 ton.
Tahun ini Pemprov Riau memperkirakan kebutuhan itu akan terus meningkat. Padahal, Riau hanya mampu memproduksi beras 274.379 ton, alias masih defisit 341.736 ton. Suplai beras di Riau, jelas dia, didatangkan dari Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Jambi. Tiga daerah itu selama ini masih menjadi pemasok untuk menutupi kekurangan stok beras.
Untuk itu Bulog terus berupaya agar penyaluran raskin bisa dioptimalkan. Sehingga para Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTSPM) tidak perlu membeli beras komersial. “Sehingga tidak menganggu pasokan di pasar, yang bisa berakibat gejolak harga,” kata Faruq. (Riki)