BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU– Ketergantungan suplai beras Provinsi Riau dari luar daerah masih sangat tinggi. Data dari Badan Urusan Logistik (Bulog) Divre Riau dan Kepri menyatakan 99 persen kebutuhan akan beras dua provinsi ini dipasok daerah luar.
Seperti yang disampaikan Kepala Bulog Riau Kepri, Faruq Octobri Qomary kepada bertuahpos.com. “Suplai beras di Riau dan Kepri hampir 99 persennya berasal dari luar daerah,” katanya, Selasa (11/08/2015).
Sedangkan beras lokal hanya mampu memenuhi 1 persen kebutuhan tiap tahunnya. Hal ini dinilai rawan, untuk Riau terkena dampak gejolak harga akibat ketergantungan akan ketersediaan beras dari luar daerah.
Untuk itu Faruq menyarankan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) mulai memikirkan menjadi daerah mandiri pangan. “Itu bisa saja, Riau maupun Kepri mandiri pangan. Tapi tentunya harus didukung dengan regulasi,” sebutnya.
Regulasi yang dimaksud bisa berupa Peraturan Daerah atau kebijakan bupatinya. “Seperti saat ini sawit masih primadona. Kasih regulasi, contoh 10 banding 1 artinya setiap 10 hektar lahan yang dialih fungsikan sebagai sawit harus ada satu hektar yang diperuntukkan sebagai sawah,” usulnya.
Selain itu, keuntungan lain yang didapat yakni rasa nasi yang dihasilkan lebih sesuai dengan cita rasa lokal. “Banyak juga orang Riau gak suka beras asal Jawa yang pulen. Nah dengan program mandiri pangan khususnya beras masyarakat Riau tidak perlu khawatir gejolak harga selain itu rasa yang dihasilkan sesuai dengan selera,” kata Faruq.
Namun Faruq mengembalikan ke daerah masing-masing. Sebab dari segi potensi walau tak sebesar di Jawa, beberapa daerah di Riau masih bisa dijadikan sentra padi untuk kebutuhan lokal. “Seperti di Rohil, Siak, Pelalawan, Meranti, kalau mau dikembangkan lebih bagus lagi,” tuturnya. (Riki)