BERTUAHPOS.COM (BPC), PELANBARU – Jika Kabupaten Indragiri Hilir dijuluki sebagai negeri seribu parit, maka Provinsi Riau diumpakan sebagai negeri sejuta kanal.
Ungkapan ini diilustrasikan oleh Dr Elviriadi, seorang akademisi lingkungan saat memberi materi dalam diskusi terfokus membangun gerakan penyelamat hutan menuju keadilan lingkungan, Sabtu (23/05/2015).
Pernyataan itu untuk mengumpamakan bahwa kondisi Riau saat ini sedang berada dalam kondisi sekarat. Dari hasil penelitiannya tidak kurang dari 235 baik flora dan fauna yang hidup di lahan gambut terancam punah.
“Artinya berkaitan mata rantai ekosistem di Riau akan rusak, kalau tidak cepat di atasi. Kondisinya sudah parah, dan sangat memprihatinkan,” ujar pengamat lingkungan ini.
Menurutnya, ada lima golongan yang masuk dalam kelompok organisir dalam merusak lingkungan. Sebab kelima kelompok tersbut memiliki peran vital dalam peradaban, diantaranya, konglomerat, birokrat, aparat, media dan perguruan tinggi.
Elviriadi menambahkan, gambut adalah jenis unsur tanah yang unik. Sebab itu pula gambut harus diperlakukan secara unik. “Dia mudah rusak dan sulit diperbaiki,” tambahnya.
“Ini fakta miris,” kata Elvi. Kerusakan lahan gambut di Riau justru akibat keterlibatan kelima kelompok tersebut. Keberadaan perusahaan lingkungan di Riau merusak gambut dengan membuat jutaan kanal di setiap daerah di mana mereka beroperasi.
Hutan adalah penopang kehidupan masyarakat. Harus ada gerakan masif utuk merubah pemahaman pemerintah dan kelompok masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan. “Dampak pembukaan lahan gambut akan merusak ekosistem dan merugikan perekonomian masyarakat,” ujarnya. (melba)