BERTUAHPOS.COM (BPC), PANGKALAN KERINCI – Warga Desa Sering Kecamatan Pelalawan mengeluhkan hasil tangkapan ikan oleh nelayan yang terus saja menurun dengan drastis. Mereka menduga, Sungai Kampar yang selama ini menjadi tumpuan hidup, telah tercemar limbah perusahaan.
Zainun dan Rudi, warga Sering kepada bertuahpos.com, Selasa (12/05/2015) kemarin menjelaskan, semenjak banyak perusahaan yang aktif, dampaknya makin terasa bagi kondisi lingkungan. Setidaknya ada tiga perusahaan besar yang diduga mengalirkan limbahkan hingga mencemari sungai tersebut.
“Ada tiga perusahaan yaitu PT RAPP, Indosawit dan PT Adei. Limbah dari perusahaan itu diduga mencemari sungai. Padahal sebagian besar dari masyarakat kita disini menggantungkaan kehidupan dari mencari ikan di Sungai Kampar,” jelas mereka.
Kondisi seperti ini diakui mulai terasa semenjak perusahaan banyak yang aktif dan beroperasi. Dan masyarakat yang menggantukan hidup pada sungai besar (Sungai Kampar) membelah perkampungan itu pun terkena imbasnya.
“Biasanya dulu, tahun 2000 ke bawah, nelayan bisa dapat 20 kilo, Bang. Tapi semenjak banyak limbah, jangan harap. Paling cuma bisa bawa 2 sampai 5 kilo dalam sehari semalam. Kadang pun tak dapat sama sekali,” keluh Rudi.
Penghasilan wargapun jadi berkurang drastis. Jika dahulu bisa meraup Rp 2 sampai 3 juta dalam satu minggu. Tapi sekarang tak sampai Rp 500 ribu. Bahkan pernah dapat Rp 100 ribu dalam dua hari dan ada juga yang tak bisa dapat pemasukan sama sekali.
Dugaan warga setempat bukanlah tanpa alasan. Mereka memperhatikan aktivitas perusahan yang biasanya sekitar tiga bulan sekali, menurunkan limbahnya. Namun saat ini, sekitar dua tahun belakangan ini tidak tampak ada aktivitas tersebut. “Dalam setahun itu juga, ikan mulai banyak yang mati karena kena limbah,” sebutnya.
Desa Sering Kecamatan Pelalawan, merupakan sebuah perkampungan yang terletak di sebelah Timur Kota Pangkalan Kerinci. Sebelah baratnya berbatasan dengan pusat pemerintahan Kecamatan Pelalawan dan sebelah selatannya berbatasan langsung dengan PT RAPP.
Berada di daerah strategis itu, ternyata tak membuat Desa Sering menjadi lebih maju. Bahkan kondisi masyarakat di sana lebih tertinggal dibandingkan daerah lain di Kabupaten Pelalawan ini.
Sebagian besar dari warga Desa Sering bermata pencarian sebagai nelayan. Kontur tanah yang dominan gambut dengan tingkat keazaman yang tinggi, membuat tanah di Desa Sering susah diolah untuk ditanami tanaman yang bernilai ekonomis bagi warga desa.
Hanya sebagian kecil saja, warga Desa Sering yang memiliki lahan perkebunan sawit. Sedangkan lebih dari 80 persen warganya masih menggantung hidup dari sungai besar (Sungai Kampar) yang membelah perkampungan itu.
Seiring berjalannya waktu, warga makin merasakan kegetiran karena hasil tangkapan ikan yang terus menurun. Mereka jadi kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Â