BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Pada akhir 2015 Indonesia bersama beberapa Negara Asia Tenggara menyelenggarakan Pasar Bebas ASEAN. Disampaikan Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) Rena Usman kepada detik.com, jumlah pekerja di Indonesia mencapai 117,37 juta orang.
Melihat kondisi terkini, berbagai kalangan pesimis Tenaga Kerja Indonesia (TKI) mampu bertahan dari gempuran tenaga kerja asing. Namun Menurut Dekan Fakultas Ekomomi dan Sosial, UIN Suska Riau Mahendra Romus kepada Bertuahpos.com beberapa waktu lalu, hal itu tidak bakal terjadi andai Indonesia mau membenahi empat sektor. Antara lain Sumber Daya Alam (SDA), Pendidikan, Modal, dan Sumber Daya Manusia (SDM).
Menurutnya Indonesia memang punya SDA yang melimpah. Namun dari segi pengelolaan masih kurang. “Kita hanya dapat untung dari sistem sewa. Sedangkan Perusahaan Asing sebagai pengeksplor mendapatkan laba dari modal dan jasa,” tuturnya. Ia menambahkan pemerintah mesti mendukung pemilik modal lokal agar gencar mengelola SDA Indonesia, agar tidak sekedar menjadi penonton.
Indonesia punya kuantitas yang besar untuk tenaga kerja. Tapi itu saja tidak cukup untuk bertahan di arus pasar bebas nanti. Tenaga kerja yang punya keterampilan tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi perusahaan asing untuk menempatkannya diposisi yang strategis. “Jika tidak, Pengusaha asing dan lokal ramai-ramai merekrut terhadap tenaga kerja asing yang lebih terampil. “Ya kita, akan jadi buruh terus,” ungkapnya.
Â
Bagi Mahendra, saat ini kucuran dana yang digelontorkan pemerintah kepada masyarakat masih belum tepat sasaran. “Dana itu kebanyakan digunakan untuk konsumsi, bukan produksi,” ujarnya sambil menandatangani berkas di atas meja. Ia menambahkan negara-negara bisa maju, sebab akulumasi modalnya tepat.
Padahal menurutnya jika dana yang ada dipergunakan sebagai modal ke sektor produksi, tentu akan meningkatkan jumlah wirausaha. “Ekonomi kerakyatan yang dicitakan pemerintah bisa terwujud,” katanya.
Sektor pendidikan juga tidak kalah penting. Nilai keterampilan mesti mendapat porsi lebih, tidak sekedar sisi akademis semata. “Pendidikan berbasis teknologi kita masih kurang,” sebutnya.
Tentu masih banyak faktor lain, yang bisa mendonkrak daya tahan Indonesia terhadap gempuran pasar bebas nanti. Jikalau semua itu sudah dibenahi. Tentunya Indonesia bisa menjadi macan Ekonomi di ASEAN. (Riki)