BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Memperoleh pendidikan layak adalah hak setiap warga negara. Tarmizi, seorang guru honor di Desa Simpang Ganung, Kecamatan Gaung Kabupaten Inhil mengaku bahwa kondisi pendidikan di wilayahnya masih jauh dari kata layak.
Persoalan infrastruktur pendukung pendidikan di wilayah ini boleh dikatakan sangat minim. Jangan heran kalau masih melihat siswa melepas sepatu dan baju ketika berangkat ke sekolah saat musim hujan, atau musim pasang.
Kepada bertuahpos.com dia bercerita, kondisi jalan dan akses siswa untuk berangkat kesekolah masih belum memadai. Terutama untuk daerah yang jauh dari pusat perkotaan atau keramaian.
“Siswa berangkat ke sekolah dengan menjining sepata sudah biasa di sini. Apalagi mereka yang tinggalnya jauh di kebun. Kalau musim hujan, kadang-kadang mereka tidak sekolah. Biasannya anak-anak yang berada jauh diperbatasan atau dipedalaman,” katanya, Minggu (03/05/2015).
Daerah ini hanya salah satu contoh, bahwa di Riau ternata masih banyak anak-anak sekolah yang belum mendapatkan haknya untuk memproleh pendidikan secara layak.
Di Kota Pekanbaru sendiri, masih ada SD marjinal. Yayasan Kesatuan Wanita Islam (YKWI) merupakan salah satu Sekolah Dasar swasta di Jalan KH Hasym Ashari.
Disekolah ini hanya ada 9 tenaga pengajar untuk mendidik 67 siswa. Setiap kelas terisi kurang dari 10 siswa. Rata-rata siswanya adalah anak dilingkungan pasar dan panti asuhan.
Meski menjadi sekolah marjinal di tengaj kota, mereka tetap mimili harapan besar. Mereka yakin sekolah tempat belajar itu bisa mengahantarkan masa depan yang baik
“Rata-rata memang kurang dari 10 anak untuk satu kelas. Kami mengakui bahwa kemampuan yayasan masih terbatas,” kata Kepala Sekolah SD 003, Dedi Marwan kepada bertuahpos.com belum lama ini.
Pemprov Riau mengakui bahwa permasalahan infrastruktur jadi salah satu penghambat perkembangan pendidikan di Riau.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau Khamsol mengatakan masalah utama pendidikan saat ini adalah keterjangkauan akses dari rumah ke sekolah, acap kali jadi penghambat.
“Pertama kami melihat perosoalannya adalah keterjangkauan. Jadi bagaimana kita bisa mengupayakan supaya anak terjangkau ke sekolah,” katanya, Senin (04/05/2015)
Kondisi ini membuat banyak anak-anak di Riau belum bisa mengenyam pendidikan seutuhnya.
Selain itu, jumlah ketersediaan guru di Riau tidak seimbang. Rasionya antara guru dan jumlah murid 1 banding 20. Pemprov dalam hal mengakui bahwa di Riau untuk sementara ini memenag masih banyak anak-anak yang tidak sekolah.
“Kalau yang jauh kita sediakan asramannya. Pemerintah dalam hal ini mungkin bisa membantu pelayanan yang memadai. Walau saat ini sekolah tidak ada lagi punutan. tapi masyarakat masih bayak yang megeluarkan biaya untuk seragam, sepatu dan peralatan lainnya,” tambahnya. (melba)