BERTUAHPOS.COM – Usai dikagetkan dengan drama kebangkrutan Batavia Air dan investasi bodong GTI Syariah, menginjak bulan Maret 2013, pembaca terkesima dengan gebrakan terheboh dari maskapai penerbangan nasional PT Lion Mentari Airlines (Lion Air).
Â
Tak ada desas-desus, tak ada rumor, tiba-tiba pada Senin 18 Maret 2013, Lion Air menandatangani pembelian besar-besaran 234 pesawat terbang Airbus jenis A320 senilai US$ 24 miliar atau setara Rp 290 triliun (kurs: Rp 12.090 per dolar AS). Sebuah kesepakatan bergengsi yang tersimpan rapi sampai-sampai terungkapnya baru di hari ‘H’.
Â
Tak tanggung-tanggung, penandatanganan kontrak pembelian Airbus terbesar sepanjang sejarah itu digelar di Istana Elysee, Paris dan dihadiri Presiden Prancis Francois Hollande. Hebohnya aksi borong pesawat Airbus tersebut menjadi sorotan dunia.
Â
Bagaimana tidak? Angka pembelian pesawat itu sangat fantastis, apalagi saat itu Eropa sedang dilanda krisis ekonomi sehingga pembelian Lion Air diharapkan bisa membantu pertumbuhan ekonomi Prancis.
Â
Untuk mengingatkan Anda, berikut kisah Lion Air memborong pesawat Airbus pada Maret lalu seperti dirangkum Liputan6.com, Senin (16/12/2013):
Â
Semua berlangsung serba kejutan
Â
Pada pertengahan bulan Maret, sejumlah wartawan termasuk Liputan6.com diundang Airbus untuk berkunjung ke pabrik produsen pesawat terbesar di dunia tersebut di Toulouse Prancis. Saat tiba di Hotel Sofitel, Paris, para wartawan berpapasan dengan Direktur Utama Lion Air Rusdi Kirana dan sejumlah petinggi maskapai penerbangan swasta nasional tersebut.
Â
Sempat dikorek-korek soal rencana kedatangannya ke Prancis, Rusdi memilih tutup mulut. Semua baru terungkap hari berikutnya, saat sedang sarapan di hotel, Rusdi buka-bukaan soal rencana pembelian 234 pesawat terbang Airbus jenis A320 senilai US$ 24 miliar ke wartawan.
Â
“Kalau dikasih tahu dari kemarin nanti tidak surprise lagi,” ungkap dia dengan senyum mengembang.
Â
Setelah berbincang-bincang dengan Rusdi, panitia dari Airbus meminta rombongan jurnalis menaiki bus untuk menuju ke lokasi acara. Muncul dugaan, Airbus akan mengadakan konferensi pers soal pembelian pesawat oleh Lion Air karena tiba-tiba Direksi Lion dan petinggi Airbus juga ternyata masuk ke bus yang sama dengan rombongan wartawan.
Â
Bus berhenti di depan Istana Elysee, istana presiden yang terletak di jantung kota Paris. Barulah wartawan tersadar bahwa penandatanganan kontrak pembelian pesawat tersebut akan digelar di Istana yang dibangun pada 1718 itu.
Â
Sejumlah wartawan dari televisi lokal Prancis tampak sedang melaporkan peristiwa tersebut secara live di halaman istana. Rombongan wartawan Indonesia kemudian diajak oleh panitia untuk menuju ke ruangan acara.
Â
Tiga kursi disiapkan untuk Rusdi Kirana, CEO and Presiden Airbus Fabrice Bregier dan Presiden Prancis Francois Hollande. Di depan panggung, disiapkan satu meja yang di atasnya tersedia dokumen dan satu miniatur pesawat Lion Air.
Â
Bendera Indonesia dan Prancis nampak berdampingan, sebuah podium juga disiapkan untuk tempat para petinggi tersebut memberikan kata sambutan.
Â
“Ini adalah kontrak bersejarah antara perusahaan besar di Eropa dengan perusahaan penerbangan utama di Asia. Penandanganan kontrak ini bisa membantu mendorong penciptaan lapangan kerja, tidak hanya di Prancis tapi juga Eropa,” ungkap Presiden Prancis Francois Hollande dalam sambutannya.
Â
Saat itu Hollande juga memuji Indonesia yang perekonomiannya bisa tetap tumbuh hingga di atas 6%. Dia menilai Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar di dunia menjadi pasar yang menarik bagi Prancis.
Â
Usai acara penandatanganan berlangsung, Hollande menyempatkan waktu untuk berfoto bersama dengan Rusdi dan Bregier. Acara seremoni tersebut hanya berlangsung sekitar 40 menit.
Â
Tak perlu gembar-gembor, Lion Air dan Airbus menandatangani kesepakatan bisnis yang luar biasa.
Â
Sambutan manis buat Bos Lion Air
Â
Mengagetkan sekaligus membanggakan tentu saja. Indonesia yang dikenal sebagai negara yang masih tumbuh di industri penerbangan komersialnya, ternyata memiliki maskapai yang begitu ekspansif dan mampu membeli pesawat dalam jumlah besar yang membuat dunia bisnis global terbelalak.
Â
Uang senilai US$ 24 miliar tentu saja bukan duit yang kecil dalam dunia bisnis internasional. Tak ada yang menyangka Lion Air mengikat perjanjian jual beli dengan raksasa pesawat saingan Boeing tersebut, karena sebelumnya Lion Air telah membeli 230 unit pesawat Boeing.
Â
Dengan Boeing, Lion Air membeli pesawat yang terdiri atas 201 unit B-737 MAX dan 29 unit Next Generation 737-900 ERS, dengan nilai yang juga maha besar US$ 21,7 miliar. Perjanjian jual beli itu disaksikan langsung Presiden Amerika Serikat Barack Obama di Hotel Grand Hyatt, Nusa Dua Bali pada 18 November 2011.
Â
Tak ingin kalah gengsi dengan pembelian dari Boeing, rupanya Airbus memilih cara yang lebih prestisius untuk menjamu Lion Air. Pembelian besar-besaran itu ditandatangani di Istana Presiden Prancis dan disaksikan langsung sang Presiden Prancis Francois Hollande. Biasanya istana ini hanya digunakan untuk menyambut Kepala Negara yang berkunjung ke negeri tersebut.
Â
Usai menghadiri seremoni penandatanganan pembelian 234 pesawat Airbus jenis A320 di Istana Elysee, Rusdi dan rombongan wartawan mengunjungi kantor pusat Airbus di Toulouse.
Â
Perjalanan menuju Toulouse dari Paris butuh waktu sekitar satu jam dengan mengggunakan pesawat Airbus A319 yang dicarter khusus untuk rombongan.
Â
Di hanggar Airbus di Bandara Toulouse Blagnac, berjejer 320 karyawan pesawat Airbus yang mengenakan kaos biru bertuliskan Airbus A320. Kedatangan Bos Lion Air dan rombongan memang mendapat sambutan manis.
Â
Ratusan karyawan itu berdiri rapi di depan pesawat Airbus yang didesain khusus buat Lion Air untuk ucapkan terima kasih.
Â
Mereka nampak bersemangat menyambut sang tamu ‘besar’ yang datang dari Indonesia. Terlihat juga karyawan wanita yang duduk di kursi roda. Tamu yang disambut itu tak lain adalah sang pembeli Rusdi Kirana, bos maskapai penerbangan nasional Lion Air.
Â
Saat turun pesawat dari Paris, sang Bos Lion Air langsung membalas lambaian tangan dari para karyawan Airbus. Rusdi terlihat sumringah saat membaca tulisan ‘Thank You’ di badan pesawat Airbus untuk Lion Air tersebut.
Â
Kata Thank You cukup menyiratkan suatu pesan penting karena pembelian pesawat senilai US$ 24 miliar ini, tentu saja telah ikut membantu perekonomian Prancis yang sedang dihajar krisis.
Â
Rusdi lalu menyambangi karyawan Airbus yang sudah berdiri rapi tersebut dan menyalami beberapa karyawan itu.
Â
Karyawan Airbus berteriak dan bertepuk tangan saat melihat satu persatu rombongan turun dari pesawat, tak peduli dinginnya udara yang minus 3 derajat celcius.
Â
Rusdi menyalami karyawan Airbus yang menunggunya, bahkan dia sempat berfoto-foto dengan mereka. Cukup singkat memang pertemuan itu, namun tampak terlihat hangat.
Â
Setelah mengambil gambar, rombongan kemudian menuju ke lantai dua gedung, yaitu tempat konferensi pers dilaksanakan. Sejumlah media lokal dan asing telah memenuhi ruangan.
Â
Lagi-lagi miniatur pesawat airbus berlogo Lion Air mejeng di sebelah panggung. Sebelumnya, miniatur pesawat ini juga muncul di meja penandatanganan kontrak pemesanan pesawat terbang Airbus di Istana Elysee.
Â
Rusdi duduk di atas panggung didampingi oleh Chief Operating Officer Customer Airbus, Jhon Leahy. Dalam paparan tersebut, Leahly memaparkan soal prospek bisnis penerbangan dunia dan alasan kenapa perseroan membidik pasar Indonesia.
Â
Indonesia dengan jumlah populasi 240 juta penduduk dan ekonomi yang tumbuh di atas 6% per tahun merupakan pasar yang menarik bagi perseroan.
Â
Apalagi, saat ini tingkat penggunaan pesawat terbang sebagai alat transportasi di Indonesia cukup rendah sehingga peluang industri penerbangan untuk tumbuh masih terbuka lebar. Indonesia dengan pasar yang besar diakuinya bakal menjadi kunci dari pertumbuhan industri penerbangan dunia.
Â
“Dari lima orang di Indonesia, hanya satu orang dalam setahun yang menggunakan pesawat terbang. Sementara jika dibandingkan dengan New Zealand, misalnya, di sana setiap tahun rata-rata 2 orang memakai pesawat terbang,” jelas Leahy.
Â
Beli pesawat tanpa duit sendiri
Â
Rusdi mengaku tidak mengeluarkan kocek sedikitpun untuk membeli ratusan unit pesawat Airbus. Bermodalkan reputasi yang baik, Lion bisa mengantongi pinjaman untuk pembelian pesawat tersebut yang berasal dari lembaga keuangan Eropa yang mengurus kredit ekspor (ECA).
Â
“Ini namanya bagaimana dagang tanpa modal. Kalau dagang dengan modal, bukan pedagang namanya,” tutur Rusdi.
Â
Dengan tenor 12 tahun, Rusdi mengaku pihaknya mendapatkan bunga pinjaman yang cukup rendah dari ECA.
Â
“Bunganya tergantung kondisi. Market itukan berfluktuasi. Kalau hari ini bunganya 3%, tahun depan bisa 2% tergantung pasar,” jelas dia.
Â
Lion Air tercatat telah memesan 230 unit pesawat dari Boeing. Lantas apa yang membuat maskapai penerbangan nasional ini tertarik memesan 234 pesawat tipe A320 dari Airbus?
Â
Rusdi menjelaskan alasan perseroan membeli pesawat dari Airbus adalah agar perusahaan tidak hanya bergantung pada satu produsen pesawat terbang.
Â
“Dua-duanya sama-sama bagus. Spesifikasi kurang lebih sama. Alasan utama kami memesan pesawat ke Airbus karena kami tidak ingin bergantung pada satu produsen saja,” ungkap Rusdi.
Â
Bawa Lion Air jadi 10 maskapai terbesar dunia
Â
Lion Air menjadi sorotan di berbagai penjuru dunia karena memborong 234 pesawat buatan Airbus senilai US$ 24 miliar. Padahal, Lion Air sebelumnya juga sudah mengikat janji pembelian 230 pesawat dari Boeing untuk tipe jet 737 dan 787 pada 2011 senilai total US$ 21,7 miliar.
Â
Dengan pembelian pesawat besar-besaran pada dua produsen pesawat kelas dunia tersebut, maka Lion Air Group akan memiliki total pesawat lebih dari 600 armada pesawat pada 2025.
Â
Pertumbuhan kepemilikan pesawat besar-besaran itu menjadikan Lion Air sebagai salah satu dari top-10 maskapai penerbangan terbesar di dunia dalam jumlah armada.
Â
Brendan Sobie dari Pusat Penerbangan Asia Pasifik mengatakan dalam sebuah laporan potensi besar penerbangan di Indonesia dan ruang lingkup yang cukup luas untuk operator cabang akan sangat mendukung operasional Lion Air.
Â
“Mereka melihat peningkatan permintaan yang disebabkan kondisi di pasar dalam negeri. Jika Anda melihat proyeksi untuk pertumbuhan di Indonesia, dengan asumsi bahwa Lion Air mempertahankan pasar untuk selalu di posisi terdepan, maka mereka akan membutuhkan pesawat beberapa ratus lebih hanya untuk menjaga posisi itu,” tutur dia.
Â
Selain itu, dia mengatakan Lion Air juga memiliki ambisi untuk berekspansi ke pasar internasional dan membuka afiliasi di negara lain.
Â
Bahkan baru-baru ini, Lion Air masuk jajaran maskapai dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Lion Air berada di posisi kedua setelah Vueling Airlines, maskapai penerbangan asal Spanyol.
Â
Analisis Centre for Aviation (CAPA) menyebutkan pertumbuhan penumpang Lion Air kurun 2011-2012 naik hingga 34,6%.
Â
“Ini adalah raksasa tidur, di salah satu negara terbesar di dunia dan memiliki geografi yang sangat cocok untuk penerbangan. Ini negara kepulauan, di mana pesawat udara tidak benar-benar bersaing dengan bus dan kereta api hanya feri,” kata analis CAPA, Sobie pada 14 Juni lalu.
Â
Lion Air dinyatakan sebagai maskapai penerbangan berdana murah terbesar di Indonesia. Maskapai ini terus berupaya memperluas usaha di pasar domestik, dengan mereknya yang kuat.
Â
Penguatan ekonomi dan pertumbuhan kelas menengah menjadi pemecut kelebihan yang diperoleh Lion Air. Bahkan maskapai berlambang Singa tersebut tengah berupaya memperluas jelajah usahanya ke Thailand, Malaysia dan Australia.
Â
“Lion Air terus menjadi salah satu maskapai dengan perkembangan yang tercepat di dunia dan mereka sangat yakin bahwa akan terus tumbuh sangat pesat dan Lion Air akan berada di dalam atau di bagian atas daftar ini selama bertahun-tahun yang akan datang,” tambah Sobie. (Ndw/Igw/liputan6.com)