BERTUAHPOS.COM,JAKARTA – Meski banyak pihak mengkhawatirkan ancaman kenaikan suku bunga Amerika Serikat (federal funds rate) pascapengurangan stimulus (tapering) Federal Reserve, ekonomi Indonesia diprediksi tidak akan menanggung risiko besar dari ancaman tersebut.
“Menurut saya, perekonomian RI cukup mandiri dan tidak terhubung langsung dengan AS. Pertumbuhan ekonomi RI didominasi oleh aktivitas domestik seperti belanja bisnis dan rumah tangga,” kata Su Sian Lim, Ekonom Asean HSBC Holdings Plc yang berbasis di Singapura.
Dia menilai kenaikan suku bunga the Fed mungkin akan mempengaruhi sektor ekspor, tapi dampaknya bagi pertumbuhan akan relatif kecil. Kendati demikian, dia tidak menyebutkan berapa batasan membahayakan atas kenaikan suku bunga the Fed bagi perekonomian RI. Â
Sejalan dengan prediksi sebagian besar analis, Su juga memperkirakan dampak kenaikan suku bunga the Fed baru akan terasa pada 2015. Kenaikan itu tidak akan berlangsung secara serta-merta mengingat proses pemulihan AS sendiri yang masih lambat. Â
“Pemulihan AS saat ini relatif tidak kuat, jadi tidak menjamin tapering akan dimulai bulan ini. Meski angka pengangguran turun, jumlah pencari kerja masih tinggi. Selain itu, belanja konsumen hanya bertumbuh sekitar 2%, lebih rendah dari tren normal 3%,†ujarnya. Â
Pendapat Su sedikit berbeda dengan berbagai ekonom yang telah memperingatkan kenaikan suku bunga the Fed sebagai risiko yang lebih berbahaya dari tapering—yang diprediksi terjadi kuartal I/2014—bagi prospek perekonomian negara berkembang, termasuk Indonesia. Â
“Siapkah Indonesia dengan pembalikan suku bunga the Fed? Saat ini, Fed funds rate berada pada level 0,25% dan bisa naik 50-75 basis poin pada 2015. Kemungkinan bisa menembus 175 basis poin pada 2016,†kata Kepala Ekonom PT.Bank Danamon Anton Gunawan.(bisnis.com)