BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Keberadaan sosok Walikota Pekanbaru Firdaus MT pada sebuah baliho di depan kantor walikota pekanbaru mulai mengundang banyak persepsi ditengan masyarakat.
Konsep trilogi yang diusung sebagai jargon dianggap telah merusak citra agama secara etika. Political Communication Jupendri menilai konsep komikasi politik yang dipakai walikota Pekanbaru hanya sebatas memberik kesan ‘baik’ kepada masyarakat.
“Harusnya dia anti ria politik. Tak boleh secara etika. Firdaus MT membuat jargon amanah. harusnya bukan dia yang menilai kalau dirinya itu amanah. Menilai diri sendiri itu ria namanya. Biar orang yang minilai. Harusnya dibuktikan dengan tindakan,” ujarnya, Rabu (01/04/2015).
Menurut Dekan Fakultas Komunikasi Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) ini, komunikasi politik yang dibangun oleh Firdaus MT adalah komunikasi persuasif. “Ada dua yang menjadi sasarannya, yaitu pejabat bawahannya dan masyarakat yang dipimpinnya,” katanya.
Selain mengimformasikan kepada masyarakat tentang pesan yang ingin dia sampaikan, Lewat baliho yang terpajang di depan kantor walikota pekanbaru ini, Firdaus juga mengajak masyarakat untuk melakukan hal tersebut.
Dia menilai memang ada unsur politik yang mulai diciptakan Firdaus. Kepentingan politik ini terlihat dari posisi baliho tersebut. “Jika pesan itu hanya untuk bawahannya yang bekerja kenapa harus dipajang dalam bentuk baliho. Kan bisa dibuat surat edaran kebawahannya,” sambungnya.
Hal menarik yang perlu dipertanyakan adalah mengapa pesan itu dipajang besar di sisi jalan. Dapat dikatakan bahwa sasaran yang ingin dikejar Firdaus adalah publik. “Dalam konteks ini, pesan yang ingin disampaikan bahwa dia itu orangnya amanah,” sambungnya.
Modus politik menggunakan jargon seperti ini selain menimbulkan kesan yang tidak baik ditengah masyarakat, sosok kepemimpinan Firdaus juga akan dinilai menurut. Sebab masyarakat yang berhak menilai gaya kepemimpinannya. “Bukan dengan melakukan penilaian sendiri,” ujar Jupendri. (Melba)
Â