BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Dinas Perkebunan Provinsi Riau menyatakan diri siap mendukung kebijakan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk penerapan bauran minyak nabati sebesar 15 ke dalam minyak fosil.
Kepala Dinas Perkebunan Riau Zulher menyebutkan kebijakan ini akan menekan 60 persen ekspor Crude Pam Oil (CPO) dari industri lokal Riau ke pasar bursa. Dengan hadirnya kebijakan menteri ESDM, maka dengan sendirinya jumlah ekspor CPO ke pasar bursa akan berkurang, dan harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit akan stabil.
“Kita siap mendukung. Sangat siap. Itulah yang kita harapkan. Karena permintaan dalam negeri untuk bauran biodisel akan meningkat. Belum lagi untuk memenuhi permintaan pasar bursa. Pokoknya CPO kita untuk setahun ini aman,” katanya.
Rencana Menteri ESDM untuk meningkankan kewajiban (mendatory) bahan bakar nabati dari 10 persen menjadi 15 persen, jika tidak ada halangan akan diberlakukan pada 1 April ini. Pemerintah sepakat merevisi Permen nomor 20 tahun 2004 itu untuk meningkatkan tata niaga CPO, dengan tata niaga Bahan Bakar Nabati (BBN) dalam rangka meningkatkan bauran (campuran) energi.
Kepada pemerintah pusat, pengusaha menyatakan siap mendukung. Namun kemungkinan besar target ini sulit tercapai. Sejumlah industri CPO lokal Riau justru pesimis dengan hal itu.
Supply Chain Senior Manager PT Sari Dumai Sejati, Novan, meyakini bahwa harusnya pemerintah memaksimalkan dulu peratuan lama, yakni penerapan biodisel sebesar 10 persen. Belum lagi Permen nomor 20 tahun tahun 2004 yang mendatori pencampuran minyak nabati ke minyak fosil berjalan sepenuhnya, pemerintah sudah merumuskan aturan baru.
“Kita melihat kebijakan ini masih ngambanglah. Apalagi kita melihat yang 10 persen kemrean tu saja belum berjalan maksimal,” ujar Novan.
Dia juga heran, apa sebenarnya yang dinginkan pemerintah dengan penerapan peraturan tersebut. Pada prinsipnya pengusaha industri CPO Riau mendukung kebijakan tersebut. Sebab perusahaan tidak lagi pusing memikirkan target penjualan CPO mereka di pasar bursa. “Kita juga menyadari. Aktifitas ekpor saat ini sedang tidak baik,” tambahnya.
Dengan diterapkannya Permen ini, sudah ada pasar donestik yang menampung pasar CPO Riau sebesar 15 persen. Sejaklama industri CPO Riau mengharapkan agar bahan baku CPO bisa diambil pasar dalam negeri.”Sedangkan 10 persen sebelumnya saja g mulus juga jalannya. Bisa dicek lah,” sambungnya.
Kalau memang per 1 April nanti Permen baru itu jadi diterapkan, menurut Novan gagal ekpor yang dialami perusahaan bisa dialihkan ke pasar donestik. Dia memastikan bahwa perusahaannya kemungkinan besar tidak akan melakukan penambahan produksi CPO untuk sementara ini. “Pasar ekpor tetap jadi tujuan, tapi jumlah yang kita kirim tentu berkurang. Serapan dalam negeri akan jauh lebih baik,” sambungnya. (Melba)
Â