BERTUAHPOS.COM — Penting bagi dunia pendidikan memiliki standar yang jelas dalam mendefinisikan perilaku bullying agar tidak dianggap sepele atau tidak terukur.
Hal ini ditegaskan oleh Dr. Arsen Simeru, SPd, MKom dalam sebuah seminar yang digelar di Universitas Muhammadiyah Riau, pad 19 November 2024.
“Saat ini, bullying dan kekerasan seksual adalah isu yang harus kita perhatikan secara mendalam. Kita perlu memiliki standarisasi tentang apa itu bullying, sehingga permasalahan ini tidak menjadi sesuatu yang samar atau terus diabaikan. Dengan standarisasi ini, kita dapat menangani kasus-kasus tersebut secara efektif,” ujar Kepala Bidang SMK Dinas Pendidikan Provinsi Riau itu.
Dr Arsen menyoroti pentingnya perhatian serius terhadap isu bullying dan kekerasan seksual di lingkungan pendidikan. Ia menekankan perlunya langkah konkret untuk mengatasi masalah ini secara efektif.
Menurutnya, tanpa definisi yang jelas, tindakan pencegahan dan penanganan bullying bisa menjadi tidak terarah. Standarisasi ini juga dapat membantu dalam menyusun kebijakan yang tepat untuk menangani kasus-kasus kekerasan di sekolah.
Dr. Arsen juga menggarisbawahi pentingnya pendidikan karakter sebagai solusi jangka panjang. Pendidikan karakter yang menanamkan nilai-nilai moral, akhlak, dan etika harus menjadi bagian utama dalam sistem pendidikan sekolah.
“Kita harus memikirkan pendidikan karakter, akhlak, dan etiquette (sikap dan perilaku). Oleh karena itu, diperlukan penyesuaian dalam pembelajaran untuk memastikan bahwa pembentukan karakter menjadi bagian integral dari proses pendidikan,” lanjutnya.
Dia turut menekankan bahwa pembelajaran di sekolah tidak hanya berfokus pada akademik, tetapi juga harus mampu mencetak siswa yang berkepribadian baik, memahami etika, dan memiliki empati terhadap sesama. Hal ini, menurutnya, dapat membantu menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi semua siswa.
Lewat langkah-langkah itu, lingkungan pendidikan di Riau dapat menjadi lebih kondusif, sekaligus meminimalkan kasus bullying dan kekerasan seksual. Ia mengajak seluruh pihak, baik guru, siswa, maupun orang tua, untuk berperan aktif dalam menciptakan budaya sekolah yang positif.
“Ini adalah tanggung jawab bersama. Kita perlu menciptakan sinergi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat untuk memastikan setiap anak merasa aman dan terlindungi,” tutupnya.***