Jakarta – Pengusaha nener dan budi daya bandeng menganggap wacana pelarangan ekspor nener tak diperlukan. Angka produksi nener lokal selama ini melebihi kebutuhan industri budi daya bandeng.
“Selisihnya jauh, bahkan kami hisa tingkatkan hingga tiga kali lipat,” kata perwakilan Pengusaha dan Masyarakat Pembibit Nener, I Ketut Gendise, dalam rapat kerja dengan Komisi Perikanan Dewan Perwakilan Daerah di Kompleks Parlemen, pada Kamis, 12 Maret 2015 seperti yang dilansir dari tempo.
Di Bali, menurut dia, dalam sehari sebuah tempat pembibitan dapat memproduksi hingga lima juta ekor per hari, dengan induk sebanyak 2.000-3.000 ekor. Kebutuhan nener dan bandeng lokal dalam sehari, maksimal mencapai sepuluh juta ekor per hari, baik untuk konsumsi maupun umpan. Ketut meyakini, alasan keterbatasan bibit bandeng tak dapat menjadi alasan untuk melarang ekspor.
Mumfaizin Faiz dari Asosiasi Pelaku Usaha Bandeng membenarkan hal ini. Ia mengatakan, di Bali bahkan terjadi penumpukan bibit karena masalah distribusi. “Justru kendalanya ada di distribusi,” kata dia. Bali sendiri merupakan penghasil nener terbesar, yang per tahunnya dapat memproduksi hingga satu miliar ekor. Namun, sulit untuk mengirimkan nener tersebut keluar dari daerah asalnya karena keterbatasan alat maupun waktu yang terlalu lama, yang dapat berdampak pada kematian.
Selain mengatasi masalah distribusi, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti pun diminta untuk memikirkan dampak pelarangan. Dengan pelarangan ekspor diperkirakan akan ada peningkatan stok bandeng yang menumpuk di gudang pengusaha. “Mau diapakan bandeng yang menumpuk itu?” kata dia. Nelayan pun akan turut terkena imbas karena pengusaha tak membeli bandeng mereka akibat gudang yang penuh.
Ketua Komisi Perikanan DPD Parlindungan Purba mengatakan akan mencatat saran dan keluhan dari pengusaha serta asosiasi ke Menteri Susi secara pribadi. “Mungkin setelah reses, secara pribadi akan saya usahakan bertemu,” kata dia.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti sebelumnya mengemukakan akan melarang ekspor bibit bandeng. Ia berkeinginan memajukan industri bandeng Indonesia agar dapat mengalahkan Filipina, yang saat ini merupakan yang termaju di dunia. (sumber: tempo.co)