Dana Moneter Internasional (IMF) mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Timur Tengah tidak sesuai dengan proyeksinya.
Penyebab utamanya adalah perang Israel melawan Hamas di Gaza dan pemangkasan produksi minyak oleh negara produsen.
Menurut Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, perang di Gaza berpotensi memiliki dampak regional yang lebih luas jika terus berlanjut.
IMF merevisi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, turun menjadi 2,9 persen tahun ini, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada Oktober.
Georgieva menyoroti dampak perang di Gaza pada pendapatan dari sektor wisata, sementara serangan Houthi di Laut Merah meningkatkan ongkos pengapalan secara global.
Konflik ini juga merembet ke Laut Merah dengan serangan Houthi terhadap kapal yang memiliki kaitan dengan AS, Inggris, dan Israel.
Sebagai respons terhadap risiko, perusahaan pengapalan global telah mengubah rute mereka dari Laut Merah ke Tanjung Harapan, Afrika Selatan, meskipun rute ini lebih panjang melalui Laut Merah dan Terusan Suez.
Mohamed Maait, Menteri Keuangan Mesir, menyatakan bahwa Mesir bersyukur dampaknya bisa relatif teratasi berkat pertumbuhan ekonomi sebelumnya yang baik.
Pemerintah kini lebih mengandalkan sektor swasta dalam menghadapi penurunan belanja selama tujuh bulan terakhir.
IMF juga akan mempublikasikan paper yang menunjukkan bahwa penghapusan subsidi energi dapat menghemat hingga 336 miliar dolar AS di Timur Tengah.
Georgieva menekankan bahwa tindakan ini tidak hanya akan mengurangi polusi tetapi juga membantu meningkatkan belanja sosial.
Data IMF menunjukkan bahwa subsidi energi fosil di Timur Tengah dan Afrika Utara pada 2022 mencapai 19 persen dari PDB.***
Sumber: Reuters