Usai para penonton duduk dan memenuhi ruang kelas yang telah disulap menjadi bioskop mini itu, anak-anak yang berkostum unik dan lucu itu pun tampil. Dengan mengenakan hiasan dari kertas dan koran bekas, mereka tampil dengan lincah sambil diiringi musik gembira.Ada yang mengenakan kostum ubur-ubur, ikan, rumput laut dan berbagai hewan laut lainnya mulai bergerak ke sana ke mari mengikuti alur cerita yang sudah dilatih sebelumnya.
Tak jarang suara tepuk tangan dan decakan kagum menghiasi wajah para orang tua yang melihat sang anak menunjukkan keahlian mereka menjadi raja panggung. Secara bergantian, anak-anak pun menunjukkan keindahan suara mereka lewat alunan lagu yang dinyanyikan.
Tak terasa 30 menit pun berlalu. Seluruh para pemain cilik itu pun keluar dari balik panggung kemudian serentak membungkukan badan dan mengangkat tangan tanda ucapan terima kasih kepada penonton. Riuh tepukan tangan penonton pun terdengar hingga lapangan yang berada di luar bioskop mini itu.
Itulah suasana pertunjukkan drama musikal the Little Mermaid dalam kegiatan Kindergarten Open House yang digelar oleh Sekolah Mutiara Harapan. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk penjaringan bakat dan kreatifitas para siswa TK dan SD di lingkungan SMH yang ditampilkan di depan para orang tua/ wali dan guru mereka.
Salah satu penonton yang tampak antusias melihat putranya bermain peran itu adalah Zohera. Ibu yang bekerja di Qems Section Pech-Tech Service Indonesia (PTSI) itu terlihat sangat senang kala sang anak yang bernama M.Ghazi Putra tampil.
“Kita sebagai orang tua sangat bangga melihat penampilan mereka. Apalagi mengingat mereka masih anak TK dan SD kelas 1. Mereka berani tampil tanpa malu-malu,†ungkapnya antusias.
Kekagumannya juga meluap karena para pemeran sangat terlihat kompak dengan dekorasi panggung serta kostum yang menarik sehingga mampu menarik perhatian penonton untuk tidak mengedipkan mata.
“Memainkan drama musical yang membutuhkan ketepatan mengikuti alur cerita dan kerjasama team, ditambah kostumnya lucu-lucu, dekorasi panggung yang attraktif, sound system yang oke dan antusias dari anak-anak mengikuti alur cerita tersebut sangat mengagumkan dan menghibur,†tuturnya.
Selain pertunjukkan drama musikal, dalam iven ini SMH juga menampilkan berbagai hasil kreatifitas siswa-siswi dalam mewarnai dan keterampilan dan kerajinan tangan yang dihasilkan.
Koordinator PYP SMH, Sarah Olayvar, mengungkapkan acara Kindergarten Open House ini diselenggarakan untuk menunjukkan apa saja kegiatan sang anak selama ini di sekolah kepada para orang tua. Sebanyak 72 siswa TK dan SD pun terlibat dalam acara ini.
“Tujuan dari acara ini adalah kita ingin menunjukkan kepada para orang tua tentang apa yang selama ini dilakukan anak-anak mereka di sekolah karena kurikulum kita berbeda dengan kurikulum sekolah pada umumnya,†kata Sarah.
Perempuan asal Filipina itu menceritakan sudah lebih dari 10 tahun SMH menerapkan kurikulum yang tidak digunakan pada sekolah di Indonesia pada umumnya. Sarah mengemukakan SMH menerapkan kurikulum yang berbasis pada belajar sambil bermain. Menurutnya, kurikulum seperti itu bisa mempermudah siswanya memahami suatu pelajaran.
“Kurikulum utama kita tidak menggunakan kurikulum yang berbasis mata pelajaran, tapi berbasis pada bermain sambil belajar. Subject play base, not subject base. Jadi kita tidak menyebut pelajaran matematika itu math tapi play math,†jelasnya.
Dia pun berharap melalui acara ini, para orang tua siswa bisa memahami lebih baik mengenai kurikulum yang diterapkan SMH karena cara belajar yang dipadukan dengan bermain adalah cara belajar yang menyenangkan.
“Kita berharap orang tua dapat memahami lebih baik mengenai kurikulum sekolah karena kurikulum seperti ini memang kurang dikenal masyarakat pada umumnya. Ini cara yang menyenangkan untuk belajar. Dengan berakhirnya acara ini juga, kita berharap para guru bisa lebih mengembangkan lagi para siswanya agar sekolah bisa menghasilkan sesuatu yang lebih besar,†ungkapnya.(rls)