BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Tiga pedagang dadakan menghebohkan di Jalan Arengka 1 ujung, dekat bundaran Terminal Akap Banda Raya Payung Sekaki (BRPS), Pekanbaru. Ketiganya menjajakan aneka perlengkapan dengan harga murah.Â
Â
Sehingga tak ayal lagi, para pengguna jalan pun seakan-akan terhipnotis untuk mendekat. Tampak pengendara sepeda motor silih berganti berhenti di tempat tersebut.Â
Â
Dari pengamatan bertuahpos.com, Sabtu (07/02/2015), ketiganya menawarkan berbagai keperluan seperti celana, jam tangan, dompet dan alat dapur. Ujang, seorang pedagang tali pinggang mengaku sengaja menawarkan barang dengan harga lebih miring ketimbang pedagang lainnya.Â
Â
Murahnya harga yang ditawarkan, membuat pengendara sepeda motor silih berganti berhenti di tempat itu. Ditambah lagi dengan suara pedagang yang berteriak keras menawarkan dagangannya.Â
Â
“Silahkan dipilih, dipilih… dipilih, rata-rata 12 ribu saja, ayo dipilih,” terdengar teriakan pedagang.Â
Â
Ujang salah seorang pedagang tali pinggang, dompet dan jam tangan menawarkan harga jual yang jauh lebih murah ketimbang pedagang lainnya. Yaitu Rp 38 ribu untuk masing-masing barang. Di situ Ujang menjual ikat pinggang, jam tangan dan dompet.
Â
Sementara itu, Muallim pedagang cela jeans dan celana kain juga menawarkan harga yang murah. Ia berani memberi harga Rp 85 ribu untuk dua potong celana. “Tapi kalau satu potong ya Rp 48 ribu,” jawabnya.
Â
Tak berbeda dengan Rajab yang menawarkan aneka perlengkapan dapur dan alat rumah tangga dengan harga Rp 12 ribu. Adapun barang yang dijualnya seperti, pisau, parutan keju, sendok, alat pengecas listrik, gergaji, serta peralatan kunci-kunci motor.
Â
Munculnya para pedagang kaki lima (PKL) dadakan ini sebenarnya merupakan fenomena yang wajar mengiringi kemajuan Kota Pekanbaru. Pertambahan penduduk yang tinggi dan pembangunan yang maju pesat jadi daya tarik para pendatang atau pelaku usaha. Termasuk kemunculan PKL dadakan.Â
Â
Namun perlu penataan dan ketegasan aparat dan Pemko Pekanbaru untuk mengaturnya. Sehingga kehadirkan PKL dadakan seperti ini tidak menjadi masalah baru di tengah laju kepadatan penduduk dan pertumbuhan Kota Pekanbaru. (syawal)