BERTUAHPOS.COM, JAKARTA – Politisi PDIP Dr M Kapitra Ampera SH., MH., mengatakan, jika ada pilihan politik yang berbeda dalam sebuah keluarga Kader PDIP, itu adalah hal yang biasa, karena PDIP adalah partai yang berlandaskan demokrasi.
“Buah kelapa saja jatuhnya tidak sama,” kata Kapitra mencontohkan, dalam acara di Metro TV yang bertajuk “Kontroversi Kaesang Ketum PSI, Sinyal Dukungan Jokowi,” Kamis malam yang disiarkan secara langsung.
Menjawab pertanyaan Host tentang kabar marahnya Megawati Soekarno Putri karena Kaesang masuk ke PSI dan menjadi Ketua Umum, Kapitra mengatakan, apa urusannya Megawati marah. Karena Kaesang bukanlah kader PDIP. Jika PSI sowan ke Jokowi itu karena posisinya sebagai Presiden.
“Memang yang mengusung Pak Jokowi PDIP. Artinya Jokowi kader PDIP, milik PDIP dalam struktur partai. Kalau Kaesang kan beda. Dia belum masuk menjadi anggota PDIP, bukan kader PDIP. Masak Bu Mega harus marah,” kata Kapitra.
Menurut Kapitra, ada independensi politik. Presiden juga sudah menyatakan memberikan kebebasan kepada Kaesang sebagai manusia dewasa. Karena itu PDIP juga tidak mempermasalahkan Kaesang jadi Ketum PSI, karena sebagai orang dewasa Kaesang tentu memiliki hak politik sendiri, dan berhak menentukan pilihan politik sendiri.
“Tidak ada dampak bagi PDIP Kaesang mau memilih partai apa pun,” kata Kapitra.
Menurut Kapitra, juga tidak ada perobahan sikap dari PDIP terhadap posisi Kaesang, karena PDIP sudah mempunyai kekuatan jauh lebih besar dari partai lainnya. PDIP dari awal reformasi adalah partai pemenang Pemilu dan bisa mencalonkan presiden sendiri.
“Sementara partai lain, seperti PSI, adalah partai yang tidak memenuhi elektoral untuk mencalonkan presiden sendiri, harus bersatu dengan partai lain. Jadi tidak dipilih Kaesang bagi PDIP itu hal biasa saja,” ujar Kapitra Ampera.
Kapitra juga mengatakan, posisi PDIP sebagai partai besar ini, coba diutak-atik, supaya bisa digantikan dan benturan-benturan seperti ini coba dimainkan oleh pihak atau partai lain. Tetapi bagi PDIP itu hal biasa dan tidak perlu dipermasalahkan, diwaspadai.
“PDIP bisa melahirkan kader yang super, seperti Jokowi. Poros politik Indonesia ada pada kader PDIP. PDIP Partai yang sudah matang. Partai yang sudah berjalan di titian patah, mulai dari orde baru dan mampu bertahan sampai hari ini sebagai pemenang. PDIP juga melahirkan kader yang super, contohnya Presiden Jokowi,” kata Kapitra.
Mengenai belum juga diumumkan oleh PDIP siapa calon wakil presiden yang akan mendampingi Capres Ganjar Pranowo, menurut Kapitra Ampera itu adalah sebuah strategi. Sebagai partai besar, PDIP punya kader banyak. PDIP bahkan tidak perlu koaliasi. Jika berkoalisasi itu karena PDIP memberi ruang kepada partai lain.
“Menurut Kapitra, politik itu artinya siasat, strategi. Jika belum ada Cawapres PDIP yang diumumkan itu adalah strategi PDIP yang memiliki tujuan tertentu, yang tentunya tidak harus dibuka dan hanya diketahui oleh internal PDIP,” kata Kapitra Ampera.
Kapitra juga menjelaskan, semua partai mempunyai karakter dan ciri khas sendiri. Demikian juga dengan PDIP. Jika Partai (PDIP) menugaskan kader terbaiknya untuk memimpin negara ini, itu tujuannya untuk mensejahterakan bangsa ini. Untuk membangun republik ini. Untuk menciptakan kedamaian di negara ini.
“Contohnya, sebagai presiden Jokowi membawa rival politiknya dalam kabinet. Tujuannya, supaya Indonesia damai,” ujar Kapitra Ampera.*/ril