BERTUAHPOS.COM,JAKARTA. Pemerintah menyiapkan belanja modal besar untuk perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Total jenderal, pemerintah menyiapkan dana Rp 72,97 triliun untuk menyuntik BUMN. Maklum, perusahaan plat merah ini akan jadi tulang punggung pembangunan proyek infrastruktur dan membangun basis ketahanan pangan.
Lima emiten saham BUMN kecipratan dana penyertaan modal negara (PMN) tersebut. Total nilainya sekitar Rp 18,46 triliun. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) akan mendapatkan suntikan modal terbesar dan disusul oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
Nah, emiten BUMN akan menerbitan saham baru dalam rangka hak memesan efek terlebih dahulu alias rights issue. Kemudian pemerintah akan menyerap sesuai porsi masing-masing.
Berdasarkan hitungan KONTAN total dana rights issue yang ingin diraih lima emiten sekitar Rp 28,11 triliun (lihat tabel). Sementara total saham baru yang bakal dilepas mencapai 16,19 miliar saham.
Meski total saham dan nilai rights issue terlihat jumbo, efek dilusi para pemegang saham lama yang tak mengeksekusi hak mereka tak terlalu besar. Pada BMRI misalnya, efek dilusi hanya 3,75%. Efek dilusi terbesar terjadi dalam rights issue PT Adhi Karya Tbk (ADHI), yakni 45,47%.
Para analis percaya, kinerja emiten pasca meraih dana PMN jauh lebih menjanjikan. Jhon Veter, Managing Director Investa Saran Mandiri, menilai, aksi korporasi ini membuka peluang investor mendapatkan cuan lebih tinggi. Margin laba emiten berpeluang bertambah besar lantaran dana hasil rights issue untuk ekspansi dan menghela proyek pemerintah. “Investor sebaiknya mengeksekusi rights issue,” ujar dia, kemarin.
Reza Priyambada, Kepala Riset Woori Korindo Securities, mengatakan, efek dilusi tak masalah. Tapi investor harus memperhatikan harga saham baru dan jumlah saham.
Selain itu, pasca rights issue rasio utang terhadap ekuitas alias debt to equity (DER) emiten bisa turun. “Jadi ada insentif bagi pemegang saham karena ekspansi besar tapi DER rendah,” kata Helmi Therik, Analis AM Capital,.
Tapi, ingat, rights issue kerap menjadi ajang spekulasi. Sehingga, jika harga rights issue berada di bawah harga pasar, akan terjadi koreksi lumayan besar.Â
Bahkan jangka pendek bisa ada turbulensi. “Tetapi manfaat dalam jangka panjang cukup menarik,” jelas Jhon. Sedangkan menurut Reza, lebih menarik jika emiten melepas di harga diskon agar publik bisa ikut menyerap.
Helmi menyukai ADHI, meski efek dilusi besar. Bagi dia, ADHI memiliki price earning ratio (PER) rendah, sehingga harga saham ADHI memiliki ruang lebih besar untuk menguat.                             Â
Estimasi penerbitan saham baru (rights issue) emiten penerima PMN
Emiten | Nilai Rights Issue | PMN (miliar) | Harga rata-rata 25 hari (Des 2014-Jan 2015) | Jumlah saham baru (juta saham) | Jumlah saham tercatat (juta saham) | Potensi dilusi |
 |  |  |  |  |  |  |
BMRI | Rp 9,3 triliun | 5.600 | 10.738 | 866,08 | 23.033,33 | 3,75% |
ANTM | Rp 10,77 triliun | 7.000 | 1.038 | 10.374,76 | 95.838,45 | 10,82% |
WSKT | Rp 5,3 triliun* | 3.500 | 1.397 | 3.793,84 | 9.719,05 | 39,03% |
ADHI | Rp 2,74 triliun* | 1.400 | 3.345 | 819,13 | 1.801,32 | 45,47% |
KRAS | Rp 1,21triliun | 956 | 474 | 2.544,83 | 15.775,00 | 16,13% |
Sumber: Riset KONTAN, diolah *Penjelasan Emiten(Kontan) |
Â