BERTUAHPOS.COM — Presiden Korea Utara Kim Jong-un telah memerintahkan pasukan militer untuk melakukan latihan perang secara intensif untuk mencegah dan mmenghadapi kemungkingan terjadinya perang nyata. Latihan perang ini bahkan diawasi langsung oleh Kim.
“(Kim) menekankan, sub unit penyerang harus dipersiapkan secara ketat untuk kesempurnaan terbesar dalam menjalankan dua misi strategis, yaitu pertama untuk mencegah perang dan kedua untuk mengambil inisiatif dalam perang, dengan terus mengintensifkan berbagai latihan simulasi untuk perang nyata …,” katanya, sebagaimana dilaporkan oleh kantor berita Korut KCNA.
Kim ditemani putri yang masih kecil yang baru-baru ini muncul dalam serangkaian acara besar. Laporan KCNA mengatakan, sebuah unit yang dilatih untuk misi penyerangan menembakkan rudal yang kuat ke perairan yang ditargetkan.
Uji coba ini diklaim menunjukkan kemampuannya untuk melawan perang yang sebenarnya. Foto-foto yang dirilis oleh KCNA menunjukkan setidaknya enam rudal ditembakkan pada waktu yang bersamaan.
Menurut laporan militer Korea Selatan (Korsel), Korut menembakkan rudal balistik jarak pendek di lepas pantai baratnya pada Kamis, 9 Maret 2023. Pihaknya sedang menganalisis kemungkinan Pyongyang telah meluncurkan beberapa rudal secara bersamaan dari area yang sama.
Peluncuran rudal terbaru terjadi ketika Amerika Serikat (AS) dan Korsel akan memulai latihan militer skala besar yang dikenal sebagai latihan Freedom Shield minggu depan. Pyongyang telah lama marah pada latihan sekutu sebagai latihan untuk invasi.
Saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Yo-jong mengatakan awal pekan ini, setiap langkah untuk menembak jatuh salah satu rudal uji coba Korut akan dianggap sebagai deklarasi perang. Dia pun menyalahkan latihan militer bersama antara Washington dan Seoul atas meningkatnya ketegangan.
AS akan mengadakan pertemuan informal anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada pekan depan. Pertemuan ini akan membahas pelanggaran hak asasi manusia di Korut dan kemungkinan akan membuat Korut marah dan memicu penentangan dari Cina dan Rusia.***