BERTUAHPOS.COM — Pernyataan Bupati Meranti M Adil yang melabeli orang-orang di Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dengan ‘Setan dan Iblis’ menuai kontroversial.
Tidak hanya itu, Adil yang hadir dalam Rakor Nasional Optimalisasi Pendapatan Daerah, di Pekanbaru, Riau, pada Kamis 8 Desember 2022, juga mengancam akan angkat senjata dan membawa kabupaten yang dipimpinnya bergabung ke Malaysia.
Hal ini kemudian turut memantik perhatian Kemenkeu. Orang-orang di lembaga ini jelas terluka dengan ucapan pelabelan itu.
“Sangat tidak pantas seorang bupati melabeli orang Kemenkeu dengan sebutan seperti itu,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu Rahayu Puspasari melalui akun Twitternya @rahayupuspa7.
Sikap dan pernyataan M Adil yang kontroversial memang bukan kali ini terjadi. Bahkan sebelum kejadian di Rakornas itu, sikap arogansi dan egois juga ditunjukkannya kepada Mendagri Tito Karnavian saat berkunjung ke Pekanbaru dalam Rakor kepala daerah se-Riau.
Adil beserta perangkat-perangkatnya tidak hadir dengan alasan ada hal yang lebih penting di daerahnya ketimbang ikut dalam Rakor tersebut.
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Muhammadiyah Riau Dr Aidil Haris menilai, pernyataan-pernyataan pedas yang dilontarkan Adil, sekali lagi menjadi bukti bahwa Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti itu bermasalah dengan etika.
“…kena di adab dan etika. Jelas, itu tidak pada tempatnya. Itu mungkin belum menjadi evaluasi oleh yang bersangkutan (Adil). Kalau memang berkaitan dengan kepentingan daerah, sampaikan saja baik-baik, kenapa harus dengan “memaki-maki” atau menyebut “setan dan iblis” bahkan angkat senjata hingga pindah ke Malaysia,” ungkapnya
Sebagai pejabat politik, menurut Aidil, penempatan etika dan adab dalam semua menjadi hal penting untuk bisa dipahami oleh seorang pemimpin.
Secara umum, substansi persoalan yang disampaikan Adil memang tak ada persoalan. “Tapi cara menyampaikannya membuat orang tersinggung,” tuturnya.
Aidil menambahkan, terlepas dari apapun status apapun, ungkapan perumpamaan yang dilontarkan Adil sudah pasti membuat orang lain tersinggung. Ini merupakan hal yang manusiawi.
Dengan demikian, Adil sebagai Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti—salah satu daerah di bawah wilayah administratif Riau—tidak mencerminkan sikap sebagai orang Melayu yang sesungguhnya.
“Orang Melayu itu keras, tegas, tapi tidak kasar,” tuturnya. Orang Melayu itu, kata dia tetap mengedepankan santun dalam berbicara dan bersikap walaupun sedang dikuasai amarah. “Ini yang tak ada (pada M Adil).”
Secara prinsip, Aidil Haris setuju dengan apa yang diperjuangkan Adil di dalam forum terhormat itu. Sebagai kepala daerah, Adil punya hak untuk menyuarakan kesejahteraan rakyat yang dia pimpin. Tapi tetap perlu adab yang bisa membuat orang hormat kepadanya.
“Komunikasi seorang pemimpin itu memang harus keras, tegas, tapi tidak kasar,” ungkapnya.***