BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Pemprov Riau menyatakan fasilitas penunjang telekomunikasi di desa-desa yang membutuhkan sangat perlu digesa. Hal ini dalam rangka percepatan capaian target seluruh desa teraliri internet di tahun 2024.
Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Provinsi Riau menerima laporan bahwa sekitar 600 desa yang ada di wilayah itu masih dalam status blank spot atau tidak mendapatkan sinyal seluler.
Dia menambahkan, dari laporan itu, hingga kini masih belum dipastikan apakah memang blank spot atau sekadar low signal.
“Sebelumnya kami telah menyampaikan surat kepada Kemenkominfo RI terkait desa-desa blank spot di Provinsi Riau. Kemudian langsung direspon dengan beraudiensi langsung ke kami. Dari sekitar 600 titik blank spot itu, kami tidak tahu apakah desa-desa tersebut betul-betul blank spot atau cuma low signal, karena nanti segmennya akan berbeda,” ujarnya,
Dia memaparkan untuk mengetahui suatu wilayah atau desa tersebut termasuk kategori blank spot atau low signal, dapat dilakukan pemeriksaan dengan aplikasi Sigmon.
Aplikasi Sigmon adalah aplikasi pelacak sinyal seluler dengan pendekatan geolokasi yang mampu menyediakan informasi bagi pengguna, diantaranya mengetahui kuat sinyal, kecepatan unduh, kecepatan unggah, kecepatan akses web, hingga kecepatan akses video.
Dari hasil pemeriksaan, kalau dipastikan blank spot, nantinya wilayah itu akan dibangun tower. Namun jika low signal tinggal ditambah kekuatan sinyalnya. Karena itu perlu disosialisasikan penggunaan aplikasi Sigmon untuk mendeteksi sinyal di suatu tempat.
“Kami berharap progres pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan informatika di Riau bisa lebih cepat, sehingga target 2024 seluruh desa teraliri internet di Riau segera terwujud,” tuturnya.
Sementara itu Analis Kebijakan Muda Direktorat Telekomunikasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Muhammad Ridwan Rauf menyebutkan pada 2021 dan 2022 ini sebanyak 36 desa blank spot di Riau akan ditargetkan tuntas dan teraliri sinyal seluler. Dari 36 desa blank spot tersebut, 26 desa telah tercover, sedangkan 10 desa lainnya belum tercover.
“Maksudnya, jika desa A dibangun tower ternyata sinyalnya sampai ke desa B, maka di desa B tidak perlu lagi kami bangun tower dan hanya perlu perkuat sinyal saja, jadi desa sebelahnya telah tercover,” jelas Ridwan.
Untuk itu, Ridwan mengharapkan Diskominfotik Provinsi Riau bisa dan secepatnya mensosialisasikan tentang aplikasi Sigmon, sehingga semakin cepat diketahui berapa desa yang betul-betul blank spot.***