BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Gubernur Riau Syamsuar mengeklaim gerakan menanam cabai di pekarangan rumah merupakan salah satu upaya Pemprov Riau dan pihak terkait agar inflasi di Riau cepat turun dan berada pada posisi stabil.
Sebelumnya, Riau masuk dalam 5 provinsi penyumbang inflasi terbesar nasional pada Juli 2022, yang mana angka inflasi di Riau berada di 7,04% atau lebih tinggi dari target nasional yakni 5%.
“Riau berada di urutan keempat ketika itu. Angka ini sudah sangat mengkhawatirkan,” kata Syamsuar beberapa waktu lalu.
Dia menambahkan, peningkatan harga pangan dunia berimbas terhadap peningkatan harga pangan di daerah, terutama pada beberapa bahan pokok. Kenaikan harga beberapa bahan pokok dapat mendorong terjadinya inflasi di Indonesia, termasuk di Provinsi Riau.
Menurutnya, kenaikan harga kebutuhan pokok adalah persoalan serius. Sistem ketahanan pangan yang tidak terjaga dapat mengancam perekonomian, stabilitas sosial, dan penurunan kualitas hidup manusia, sehingga dapat mendorong terjadinya inflasi.
Syamsuar menambahkan, tingginya harga komoditas cabai menjadi penyumbang terhadap nilai inflasi pangan yang cukup signifikan hampir setiap tahunnya. Berdasarkan arahan Presiden RI, inflasi setiap daerah harus berada di bawah 5%.
“Pemerintah Provinsi Riau saat ini berupaya menekan laju inflasi dengan melakukan beberapa tindakan cepat, salah satunya melakukan penanaman cabai di lingkungan masing-masing. Upaya selanjutnya adalah dengan menggerakkan Badan Usaha Milik Desa/BUMDes untuk Menanam Cabai,” ujarnya.
Pada pada Agustus 2022, Riau mengalami deflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau mencatat, selama Agustus 2022 Riau mengalami deflasi sebesar 1,23%, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 111,97 poin.
Dengan demikian, inflasi di Riau secara tahun kalender atau sepanjang Januari hingga Agustus 2022 sebesar 4,86% dan inflasi Tahun Ke Tahun (Agustus 2021-Agustus 2022) sebesar 5,84%.
“Tercatat dari dari 3 kota IHK di Provinsi Riau, semua kota mengalami deflasi yaitu, Kota Pekanbaru sebesar 1,24%, Kota Dumai sebesar 1,05% dan Kota Tembilahan sebesar 1,56%,” kata Kepala BPS Riau Misfaruddin, Kamis, 1 September 2022.
Dia menuturkan, deflasi di Riau terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya 2 indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 4,22% dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,01%.
Dijelaskan, di sisi lain 9 kelompok mengalami inflasi yaitu kelompok transportasi sebesar 0,62%, diikuti kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,31%, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,28%, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,15%.
“Selanjutnya kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,09%, kelompok pendidikan sebesar 0,08%, kelompok kesehatan dan dan kelompok rekreasi, olahraga dan budaya masing-masing sebesar 0,07% serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,05%,” tambahnya.
Adapun komoditas yang memberikan andil penurunan harga pada Agustus 2022, antara lain: cabai merah, bawang merah, cabai rawit, minyak goreng, cabai hijau, daging ayam ras, tomat, dan lain-lain.
Sementara komoditas yang memberikan andil kenaikan harga, antara lain: tarif listrik, rokok kretek filter, bensin, mobil, jeruk, ikan nila, mie, dan lain-lain.
“Dari 24 kota di Sumatera yang menghitung IHK, semua kota mengalami deflasi, dengan deflasi tertinggi terjadi di Kota Tanjung Pandan sebesar 1,65%, diikuti oleh Kota Tembilahan sebesar 1,56% dan Kota Bungo sebesar 1,44%,” tuturnya.
Sedangkan deflasi terendah terjadi di Kota Sibolga sebesar 0,02%. Berdasarkan urutan inflasi kota-kota di Sumatera, kota-kota di Provinsi Riau berturut-turut: Tembilahan urutan ke-2, Pekanbaru urutan ke-5 dan Dumai urutan ke-8.***