BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Destinasi wisata di Pulau Rupat Utara sejauh ini tidak didukung dengan ekonomi kreatif. Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab kawasan wisata bahari di Bengkalis itu sulit berkembang.
Pengamat sekaligus akademisi kepariwisataan dari Universitas Riau Nawawi mengatakan, minimnya pengembangan ekonomi kreatif di Pulau Rupat Utara sudah sejak lama menjadi pekerjaan rumah, yang hingga kini belum terselesaikan.
Selain dukungan infrastruktur yang belum begitu memadai, kesadaran masyarakat setempat juga sangat minim untuk memanfaatkan potensi wisata di daerah mereka, sebagai sumber perekonomian alternatif.
“Warga di sini memang lebih suka melaut dan berkebun ketimbang berjualan. Mereka merasa sungkan jika harus berjualan, sehingga peluang-peluang seperti ini justru dimanfaatkan oleh pendatang,” tuturnya dalam sebuah diskusi dengan media beberapa waktu lalu.
Dia menambahkan, sejauh ini, di beberapa destinasi wisata pantai yang terdapat di Pulau Rupat Utara belum ada yang membuka warung, kecuali di Pantai Tanjung Lapin. Apalagi di Pulau Beting Aceh yang menjadi destinasi wisata unggulan di daerah itu.
“Jangankan untuk berjualan, rumah makan saja di sini dapat dihitung jari. Itupun bukanya siang, sore sudah tutup. Kalau pengunjung tidak pesan, alamat kelaparan di malam hari,” tuturnya.
Oleh sebab itu, Nawawi meminta kepada pemerintah dan semua pihak agar tidak bosan untuk mendorong masyarakat memanfaatkan peluang wisata untuk mengangkat perekonomian setempat.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau Roni Rakhmat mengakui kondisi itu. Sejauh ini pihaknya sudah jalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk mendorong masyarakat setempat, agar lebih memiliki jiwa entrepreneur kepariwisataan. Misalnya di tahun ini, hampir 50% kegiatan di Disparekraf Provinsi Riau dilaksanakan di Pulau Rupat.
“Mulai dari pelatihan Ekonomi Kreatif (Ekraf), pelatihan masyarakat sadar wisata. Sehingga kalau memang rencana untuk membuka transportasi laut internasional, masyarakat kita di pulau itu sudah siap,” tambahnya.
“Kami sadar ada banyak kekurangan, dan ada banyak keluhan wisatawan selama ini. Ngapain mereka ke sana kalau cuma nengok pantai, kan. Sedangkan oleh-oleh nggak ada, makan pun tak ada. Kalau tak pesan tak dapat makan. Itu kan jadi masalah,” tuturnya.
Oleh sebab itu, dia menambahkan, harus ada pihak-pihak yang memulai agar masyarakat setempat dapat melihat langsung peluang usaha apa yang bisa digarap tempat ini. Salah satu pola yang bisa dilakukan, yakni dengan menghadirkan investor baru sebagai pemancing.
‘Setelah masyarakat setempat melihat langsung, maka mereka akan tertarik untuk melakukan hal sama. Harus ada yang mancing dulu. Tapi insya Allah saya optimis, saya yakin dalam setahun ke depan sudah kelihatan perubahan signifikan untuk sektor peristiwa di Pulau Rupat,” tutup Roni.***