BERTUAHPOS.COM — Ribuan orang yang terdiri dari warga dan ekspatriat meninggalkan Hong Kong. Mereka pindah bukan karena adanya peperangan, tapi tidak terima dengan kebijakan memisahkan anak-anak yang terkena Covid-19 dari orang tua.
Hong Kong setidaknya telah kehilangan 93.000 manusia pada tahun 2020. Kemudian disusul sebanyak 23.000 lainnya pada tahun 2021. Diperkirakan pada tahun 2022, angka tersebut makin bertambah.
“Dalam beberapa tahun terakhir orang-orang berpikir untuk pergi, tetapi dalam enam bulan terakhir terjadi eksodus besar-besaran,” kata seorang warga Hong Kong Pei C, sebagaimana dilansir dari CNBC Internasional, Sabtu, 28 Mei 2022.
Mereka menilai, Covid-19 tidak bisa dijadikan alasan kalau mereka harus berpisah dengan sang anak. Kebijakan tersebut memang sudah diberlakukan di negara itu sejak awal tahun ini.
Pei menambahkan bahwa 60%-70% dari teman-temannya telah pergi dalam enam hingga 12 bulan terakhir. Angka ini termasuk individu yang memiliki bisnis dan keluarga di Hong Kong serta mereka yang pernah sangat berkomitmen untuk tinggal.
“Banyak orang tua, dapat dimengerti, ketakutan, jadi mereka memesan sendiri penerbangan pertama,” katanya.
Dalam exodus ini, kebanyakan warga kota itu pergi menuju Singapura. CEO dari perusahaan relokasi Silk Relo, Kay Kutt, mengatakan orang-orang tertarik pada kemudahan bisnis, keramahan keluarga, insentif pajak, dan perbatasan terbuka Singapura.
Bahkan, ia pun menyebut bahwa jumlah konsumennya yang meminta untuk pindah ke Singapura mencapai rekor tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Ia mengaku perusahaannya pun sampai pada kapasitas maksimum pelayanan.
“Kami tidak bisa mengikuti kapasitas. Kami tidak memiliki cukup orang untuk melayani apa yang terjadi di pasar,” katanya.
Selain Singapura, beberapa warga Hong Kong juga ikut pindah ke negara-negara asal ekspatriat yang sebelumnya ada di kota mereka. Negara-negara tujuannya seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, Australia, serta negara-negara Eropa lainnya.
Tak hanya ke Singapura dan Negara Barat, Kutt mengatakan juga banyak kepindahan perusahaan dan warga ke wilayah Jepang, Korea Selatan (Korsel), Thailand, dan Dubai.
“Kami melihat perusahaan memilih Tokyo,” katanya dengan menunjukan bahwa sebelumnya Tokyo hanya menjadi tempat bagi perusahaan yang ingin mengakses pasar Jepang.***