BERTUAHPOS.COM, JAKARTA. Investor di pasar saham domestik bakal menutup 2014 dengan sumringah. Sepanjang tahun ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan imbal hasil di atas 20%. Jauh lebih baik ketimbang 2013 yang minus hampir 2%.
Instrumen berbasis saham masih menjadi motor penggerak investasi pada tahun ini. Lihat saja, reksadana saham dan reksadana campuran mencatatkan return tahunan cukup menggiurkan, yakni masing-masing 28% dan 17%. Berbeda dengan hasil investasi logam mulia yang jeblok. Misalnya, emas batangan Antam memberi return minus 0,95% sepanjang tahun ini. Di pasar berjangka, Kamis (25/12), harga emas di divisi Comex bursa New York di level US$ 1.173,50 per ons troi, atau menyusut 2,85% dibandingkan setahun lalu.
Berkaca hasil investasi tahun ini, investor optimistis menatap tahun depan. Di pasar saham, analis memprediksi perusahaan yang mencatatkan saham perdana (IPO) sepanjang 2015 lebih ramai ketimbang tahun politik 2014.
Jika ingin untung berlipat, pilihan paling pas adalah saham. Instrumen di luar saham seperti obligasi dan emas, belum menunjukkan sinyal bagus. Budi Hikmat, Chief Economist and Director for Investor Relation Bahana TCW Investment Management, memprediksi, pasar obligasi 2015 masih berfluktuasi akibat kenaikan yield surat utang AS, US Treasury. Investor berisiko mengalami capital loss akibat kenaikan yield surat utang negara (SUN) menjadi 8,82% di akhir 2015, ketimbang saat ini sekitar 7,7%.
Instrumen emas juga belum berkilau. Dengan pertumbuhan ekonomi tinggi, “Investor lebih tertarik masuk ke instrumen saham,” kata Direktur Panin Asset Management Ridwan Soetedja.
Sebaiknya investor memperbesar porsi investasi saham secara berkala. Tapi ingat, saham adalah investasi jangka panjang. Indonesia akan masuk era pembangunan yang menggenjot pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. “Tapi, jika horizon investasi jangka pendek, Anda harus bersikap konservatif, jangan masuk ke saham,” imbuh Presiden Direktur Samuel Asset Management, Agus Basuki Yanuar.
Namun tidak semua saham layak investasi. Pada tahun depan, secara selektif para investor bisa mempertimbangkan saham sektor konstruksi, perbankan, farmasi serta kelautan dan perikanan. “Sektor tersebut terdorong rencana pemerintah di sektor infrastruktur,” ujar praktisi pasar saham, Ellen May.(Kontan)