BERTUAHPOS.COMÂ – Adanya intervensi Bank Indonesia (BI) senilai Rp200 miliar melalui pembelian obligasi, cenderung masih belum cukup kuat untuk menahan pelemahan lanjutan rupiah seiring masih kuatnya laju dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah pun masih diperkirakan tetap tertekan pada perdagangan Rabu, 17 Desember 2014.
Berdasarkan pantauan dari data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), pada perdagangan kemarin, rupiah terperosok ke level Rp12.900 per dolar AS. Rupiah alami penurunan yang makin tajam sebesar 310 poin, atau 2,39 persen dibandingkan perdagangan sehari sebelumnya yang berada di level Rp12.599 per dolar AS.
Anjloknya rupiah akibat pasar masih menantikan pengumuman hasil rapat para pejabat Bank Sentral AS (The Fed) yang menggelar pertemuan FOMC (Federal Open Market Committee). Fokus pasar tertuju pada kepastian kapan The Fed akan mulai memberlakukan kenaikan suku bunga acuan.
Alasan lainnya adalah meningkatnya suku bunga acuan Rusia sebesar 650 basis poin dari 10,5 persen menjadi 17,5 persen, dirasa cukup memikat investor untuk ‘bermain’ di pasar keuangan negeri Beruang Merah itu.
Apa boleh buat, gempuran yang bertubi-tubi mendesak rupiah untuk terus tergelincir di bawah level support (batas bawah) Rp12.623 per dolar AS.
“BI sudah lakukan intervensi, tapi masih kurang mampu mendongkrak rupiah lebih besar. Dengan minimnya sentimen positif diperkirakan rupiah masih melanjutkan zona merahnya,” ujar Reza Priyambada, Kepala Riset PT Woori Korindo Securities Indonesia, kepada VIVAnews.
Menurut dia, rupiah akan bergerak di kisaran Rp12.821-Rp12.962. (Viva)