BERTUAHPOS.COM – Mungkin kita perlu belajar dari kehidupan Lili, gadis berusia 14 tahun  berjuang hidup tanpa meminta-minta kepada siapapun. Jika diberi ia menerima dan bersyukur, jika tak ada maka ia bersabar dan tetap berjuang sebagaimana hari-hari yang telah dilaluinya.
Â
Kehidupan Lili Suriani memang jauh berbeda dengan anak-anak sekarang, tak mengenal play station, game online, atau aplikasi-aplikasi permainan. Bagaimana tidak, selepas pulang sekolah dan bila tidak ada aktivitas ekstrakurikuker, Lili bersama adiknya mulai bekerja sebagai pemulung hingga matahari menyembunyikan wajahnya.
Â
Dimalam hari, Lili lebih banyak menghabiskan waktu bersama buku-buku atau mengerjakan tugas-tugas sekolahnya. Maka tak heran bila dirumahnya terlihat berantakan. Selain tak ada benda-benda berharga atau perabotan, yang terlihat hanya pakaian kotor dan kusam yang berserakan.Â
Â
Bagaimana tidak kita bisa belajar dari Lili, kondisi semua itu tak membuat ia maupun adiknya tak percaya diri. Sebaliknya, prestasi sekolahnya menggembirakan. Bukan itu saja, meski telah ditinggal ibu dan ayah dalam kondisi sakit-sakit, tak lantas membuatnya cengeng, mengeluh apalagi berhenti belajar tanpa prestasi.
Â
Kehidupan mereka tetaplah normal, Lili dan adiknya Dian yang berusia 10 tahun tetap bermain-main dengan teman sebayanya. Dengan segala keterbatasan dan kekurangan, baik disekolah atau lingkungan sekitar, kakak beradik ini tetap berinteraksi dengan teman-teman sekolahnya.Â
Â
Ada hal yang mengejutkan Bertuahpos saat ditanya apakah hidupnya merasa susah. Tanpa berpikir panjang Dian mengatakan hidupnya baik-baik saja. “Nggak susah, yang penting masih ada kakak dan ayah,” ungkap Dian.
Â
Saat BertuahPos berbincang-bincang lebih lanjut dengan dua bocah cerdas ini, tanpa sengaja ada sesuatu yang membuat air mata ini tumpah. Saat itu juga perbincanganpun beralih dan BertuahPos mengajukan satu pertanyaan kepada sang kakak dan sang adik.
Â
“Kalau ada yang mau membelikan sesuatu, Lili mau dibelikan apa,” tanya BertuahPos.
Â
Sejenak Lili hening dan kemudian mengatakan satu kata, tas. Jawaban Lili ini sangat wajar, sebab selain tas yang tampak kotor dan mulai kusam, ternyata tali tas tersebut putus dan disambung peniti.Â
Â
Ketika pertanyaan sama diajukan pada sang adik Dian, jawaban yang diberikan tak jauh berbeda dengan kakak, yakni sepatu. Ternyata, sepatu pemberian sejak tahun lalu itu telah robek dibagian depannya.
Â
Baik Lili maupun Dian tak merasa canggung atau malu dengan kondisi tersebut. “Kan masih bisa dipakai. Kalau ada yang memberikan alhamdulillah, kalau tidak ini juga masih bisa dipakai,” ujar Lili seraya tersenyum.
Â
Bila bocah berusia 10 dan 14 tahun ini mampu bersabar, tak mengeluh pada manusia dan tetap optimis dengan masa depannya, lantas bagaimana dengan Anda? Â Apakah ‘kekurangan’ dan ‘kesusahan’ Anda melebihi ‘kekurangan dan ‘kesusahan’ Lili dan Dian? (MJ)
Â