BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Menjalani profesi sebagai guru memberikan kebanggaan tersendiri bagi Mulfiani. Karena dengan profesi ini, ia pun bisa berbagi ilmu dan kasih sayang kepada anak-anak yang membutuhkan.
Apalagi sekolah tempatnya mengabdi, tidak seperti sekolah formal yang menampung siswa-siswa umum. Melainkan sebuah sekolah marjinal dengan siswa yang berasal dari keluarga tak punya.
Mulfiani mengajar dan menjadi Kepala Sekolah di Sekolah Cerdas, Pekanbaru. Ia mulai mengabdi di Sekolah Cerdas di akhir tahun 2011. “Saya mulai mengajar di Sekolah Cerdas ini di 2011 akhir. Sebelumnya saya mengajar Taman Kanak-Kanak (TK ) di Duri,” terangnya.
Kala itu sang ayah sedang sakit dan Mulfiani harus bolak-balik Duri-Pekanbaru. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menetap di Pekanbaru, sambil menjaga ayahnya. Bukan keputusan yang mudah, karena sang suami tinggal di Duri.
“Nah, ketika itu ada kerabat yang menawari untuk mengajar di Sekolah Cerdas. Dan ketika pertama kali melihat suasana sekolahnya, tersentuh hati saya melihat wajah polos anak-anak yang ingin meneguk setetes madu pendidikan,” kenangnya.
Ia bahkan merasa sangat bersemangat karena semangat belajar anak-anak seakan-akan memberikan sinergi lebih untuknya. Yah, Sekolah Cerdas di awal berdiri memang berbeda dengan kondisi saat ini.
Kala itu, siswa yang sekolah di sana belum banyak yang memakai seragam. Karena pada dasarnya mereka berasal dari keluarga yang kurang mampu. Jadi mereka pergi ke sekolah dengan tampilan apa adanya. Ada yang tidak memakai sepatu dan ada yang menggunakan tas dari kantong plastik.
Anak – anak sekolah cerdas tampak bermain bersama (foto:bertuahpos.com)
Alhamdulillah, seiring berjalannya waktu dengan dukungan pemerintah dan donatur, siswa Sekolah Cerdas bisa seperti sekarang. Mereka bisa seperti siswa sekolah pada umumnya yang menggunakan seragam, tas, sepatu dan buku pelajaran. Sekolah Cerdas berdiri tahun 2007 dibawah naungan LKP Sospulbud Riau, dan sekarang jumlah siswa sekitar 60 orang.
Karena termasuk sekolah marjinal, siswa sekolah ini tidak dipungut biaya sepeser pun. Mengingat perekonomian keluarga yang kebanyakan hanya menjadi buruh. Jadi tugas anak-anak hanyalah belajar. Di sini juga ada lima anak berkebutuhan khusus. Sekali lagi karena faktor ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan, mereka tidak bisa mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan keadaan mereka.
Dengan kesibukan kerja orangtua murid, mereka juga tak sempat membimbing anak-anaknya belajar. Bahkan sebagian anak murid juga ada yang harus bekerja untuk membantu perekonomian keluarganya.
Dengan kondisi seperti ini, alumni SMK PGRI ini pun dituntut untuk ikut belajar. Yakni belajar sabar dan harus bisa memahami proses belajar murid-muridnya.
“Bisa kita bayangkan, mereka yang berasal dari keluarga yang tidak mampu dan menghabiskan waktu untuk bekerja. Otomatis pola asuh orang tua dan gizi yang mereka konsumsi sehari-hari sangat berpengaruh bagi perkembangan otak mereka. Nah, di sini menjadi tanggung jawab Saya untuk memberikan pengarahan serta pendekatan kepada mereka. Juga memberikan pembelajaran secara perlahan-lahan sehingga mereka bisa menerima pelajaran dengan baik,” ujar wanita kelahiran Lintau , 06 Februari 1980 ini.
Siswa Sekolah cerdas berfoto bersama dengan guru tercinta (Foto: Bertuahpos.com)
Selama menjalankan profesinya, Mulfiani juga pernah mengalami rasa lelah dan jenuh. Apalagi karena tinggal berjauhan dengan suami tercinta.
“Terkadang ada rasa capek dan jenuh menghampiri. Misalnya saat waktunya membayar sewa kontrakan sekolah, karena sampai sekarang, sekolah cerdas masih menyewa rumah di Jalan Kualu. Ada lagi rasa lelah datang saat menghadapi kelakuan anak-anak yang nakal,” kisahnya.
Namun dengan cepat, ia menepis rasa itu dan cepat menyadarkan diri. Ia berpikir, kalau capek bagaimana nasib anak-anak ini ke depannya. Membayangkan masa depan anak-anak ini, bisa menjadi obat dan penyemangat bagi tamatan SMK PGRI ini.
Proses belajar Mulfiani tak berhenti sampai di situ. Ia juga memiliki keinginan untuk meningkatkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Saat ini, ia melanjutkan pendidikan di Fakultas Ilmu Budaya, Unilak.Bagi para donatur yang ingin berbagi rezeki, berbagi sesama dengan yang membutuhkan bisa langsung kesekolah cerdas di Jalan Kualu. (dian)
Buka bersama di bulan Suci Ramadhan dihotel Furaya(Foto : Bertuahpos.com)
Â