BERTUAHPOHPOS.COM, PEKANBARU – Tindakan oknum aparat kepolisian yang melakukan pemukulan terhadap mahasiswa saat lakukan aksi di halaman kantor RRI Pekanbaru dinilai sangat tidak beretika.
Wakil Rektor III UIN Suska Riau Tohirin mengaku tidak hanya menyayangkan tindakan aparat tersebut tetapi dirinya menilai kasus pemukulan itu sudah jauh dari koridor-koridor etika. Aparat kepolisian yang seharusnya melindungi masyarakat malah melakukan hal sebaliknya.
“Apalagi sampai mengganggu ketertiban rumah ibadah. Seharusnya pihak kepolisian tahu bagaimana prosedur penanganan di lapangan,” ujarnya kepada bertuahpos.com, Kamis (27/11/2014).
Harusnya, sebelum megambil tindakan pemukulan itu, antara demonstran dan aparan kepolisian menjalin komunikasi yang baik. Mengedepankan nilai-nilai edukasi dan etika.”Menyuarakan aspirasi adalah hak siapapun. Tak ada yang bisa melarang,” tambahnya.
Meski demikian, Tohirin mengakui bahwa melakukan penertiban adalah tugas utama aparat kepolisian. Tapi hendaknya menjalankan kewenangan ini tetap harus sesuai dengan prosedur yang jelas. Ada koridor atau kondisi tertentu, kapan dan dimana kewenangan itu bisa dilakukan. “Mahasiswa sudah lari ke musolla pun dikejar dan pukuli,” tambahnya.
Di sisi lain, dia juga menyayangkan tindakan mahasiswa terkadang acap kali memancing suasana sehingga menjadi tidak kondusif. “Menyuarakan aspirasi boleh, tapi jangan sampai merusak lah. Karena hal ini nantinya yang akan menjadi pintu masuk aparat untuk nelakukan tindakan-tindakan kekerasan,” sambungnya.
Aksi ricuh yang terjadi di Kantor RRI pada Selasa (25/11/2014). sebanyak 10 demonstan yang menolak kedatangan Presiden RI Jokowidodo ini, terluka akibat serangan sejumlah oknum aparat kepolisian hingga ke dalam musalla di belakang Kantor RRI. (Melba)