BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Awalnya, pos ronda itu adalah gardu-gardu di pintu masuk keraton Jawa. Gardu ini adalah tanda wilayah kekuasaan raja.
Dilansir dari Historia.id, kemudian datanglah VOC, yang segera melemahkan atau menghilangkan kekuasaan raja. Wilayahnya kemudian dibagi secara administratif. Ada batas antar desa dan kampung.
Untuk menjaga kampung, tanggung jawab ada pada kepala kampung. Kepala kampung memilih beberapa jago, yang mereka mulai bekerja dari gardu.
Tiap malam, para jago atau penjaga gardu ini melakukan ronda di wilayah kampungnya. Kata ronda sendiri diambil dari bahasa Belanda dan Portugis, yang mempunyai arti yang sama, berkeliling.
Waktu berlalu. Pos ronda terus dimanfaatkan pemerintahan kolonial Belanda, yang kemudian juga pemerintahan militer Jepang. Meski berbeda caranya, tapi tetap dimanfaatkan untuk menjaga keamanan.
Hingga kemerdekaan Indonesia, dan zaman orde baru berkuasa, sistem ini tetap dimanfaatkan sebagai penjaga keamanan warga. Bedanya, ada selipan program ABRI Masuk Desa di setiap pos.
Keruntuhan orde baru tak meruntuhkan pos ronda. Warga mengusahakan pos ronda dengan kesadaran sendiri tanpa campur tangan negara.
Alasan lain, waktu berjaga di pos ronda membuat keakraban antar warga bisa tercapai. Biasanya, yang suka nongrong disini adalah bapak-bapak sambil ngopi atau main catur. (bpc4)