BERTUAHPOS.COM — Banyak sekali orang mengklaim bahwa mereka adalah seorang enterpreneur. Entah itu masih tergolong baru atau sudah lama.
Pada dasarnya, antara pedagang dengan enterpreneur memang sama-sama jualan. Mereka sama-sama bergantung pada market sesuai dengan hukum suplai-deman dalam dunia bisnis.
Nah, perbedaanya adalah pedagang buka usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup. Enterpreneur melihat peluang usaha sebagai batu loncatan untuk tujuan yang lebih besar. Ini adalah perbedaan yang paling mendasar antara pedagang dan enterpreneur.
Perbedaan kedua, seorang pedagang melihat pelanggan sebagai orang yang akan memberikan uang kepadanya. Oleh sebab itu, bagaimana caranya dia bisa mendapatkan uang sebanyak-banyaknya.
Kalau enterpreneur, melihat konsumen sebagai sebagai “aset”. Oleh sebab itu dia akan menjaga hubungan baik dengan konsumennya. Sudah jelaskan, perbedaannya.?
Perbedaan-perbedaan lain tentu saja masih ada. Hal itu biasanya dibentuk oleh pengalaman-pengalaman dan momentum tertentu yang sangat berharga.
Kita akan mencoba membedakan antara pedagang dengan enterpreneur dari cara mereka melihat peluang dari sebuah produk. Misalnya, seorang pedagang membeli ubi ke petani dengan harga Rp3.000 per kilogram, lalu dia bawa ke pasar menggelar lapak dan menjual ubi itu dengan harga Rp4.000 per kilogram.
Persis, dia akan mendapat keuntungan Rp1.000 setiap 1 kilogram. Kalau dia punya 10 kilo ubi dan terjual habis, untung bersihnya sekitar Rp10.000 per kilogram.
Seorang enterpreneur dia akan pergi ke kebun ubi, lalu membeli 5 kilogram ubi dengan harga per kilonya sama, Rp3.000. Ubi-ubi itu dia basa pulang, diolah sedemikian rupa, misalnya, jadilah produk inovatif seperti tela-tela.
Per bungkus harganya bisa Rp15.000. Jika dia mengolah 5 kilogram ubi menjadi tela-tela, potensi keuntungan yang dia dapat bisa mendapat Rp500.000-Rp700.000.
Contoh kedua, seorang ibu rumah tangga akan berangkat ke pasar untuk membeli 1 kilogram ubi. Dia bertemu dengan seorang lelaki penjual ubi, lalu terjadi tawar menawar dan ibu itu pulang untuk mengolah ibunya.
Apakah, ibu rumah tangga itu tahu dari kebun mana ubi itu ditanam. Bagaimana jika ubi itu busuk, kepada siapa dia harus komplen. Atau jika dia ingin membeli ubi untuk kedua kalinya apakah dia bisa menghubungi si penjual itu?. Apakah si penjual dengan senang hati mengantarkan penasan pelanggannya kerumah, jika untung yang dia dapat hanya Rp1.000?. Ini adalah kerja dari seorang pedagang.
Lalu, ada seorang remaja yang melintas di sebuah jalan raya, lalu dia melihat gerai yang menjual tela-tela. Dia lalu membelinya untuk cemilan di rumah. Produk itu lalu diolah dan dimasukkan ke dalam kemasan yang bagus, ada merk, lengkap dengan alamat dan nomor telpon yang bisa dihubungi, lalu remaja itu membawa pulang untuk dimakan.
Ternyata tela-tela itu rasanya enak, tapi dia malas untuk keluar rumah. Kemudian dia menelpon nomor kontak yang tertera di kemasan, lalu diantarkan kerumah. Persis, si remaja ini bisa mendapatkan tela-tela tanpa harus repot. Beberapa kali bahkan si penjual memberinya diskon agar pelanggannya senang. Ini adalah bagian kerja dari seorang enterpreneur.
Mungkin, keuntungan yang didapat pedagang dan seorang enterpreneur beda-beda tipis, karena dia harus mengeluarkan modal sedikit lebih besar. Tapi sang enterpreneur berhasil mengikat pelanggannya dengan kenyamanan, sehingga konsumen rela keluar uang lebih untuk produk yang dia dapatkan. Ukuran paling sederhana berhasil atau tidaknya sebuah bisnis, dilihat dari seberapa sering konsumen kembali membeli produk yang dijual. Semoga bermanfaat!
(bpc3)