BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Apa yang terjadi jika manusia bertemu harimau? Pastinya lari menyelamatkan diri.
Namun, di Kerajaan Mataram pada abad ke-17 ada tradisi untuk menangkapi harimau dan mengadunya dengan kerbau. Harimau dianggap nafsu dan niat jahat, sementara kerbau dilambangkan sebagai kendaraan manusia di akhirat. Kerbau menang.
Abad ke-18, tradisi ini agak berubah. Yang dilawan harimau bukan lagi kerbau, tapi manusia. Tradisi ini dinamakan rampokan macan, dan diselenggarakan di Kesultanan Yogyakarta dan Kesunanan Surakarta. Rampokan macan diadakan setiap perayaaan Idul Fitri dan tahun baru Islam.
Sistemnya, harimau ditangkapi dari hutan dan dibawa ke alun-alun. Kemudian, ratusan dan bahkan ribuan pria bertombak mengelilingi sang harimau dengan tombaknya.
Setiap harimau ingin berlari keluar di titik manapun, akan ada belasan mata tombak yang terarah pada dirinya dan melukai sang harimau. Saat itu, semua orang berlomba menunjukkan kesaktian tombaknya.
Apa yang terjadi jika harimau menolak memberontak? Maka orang-orang akan berteriak dan membunyikan marcon, supaya sang harimau mengamuk dan menerjang barikade tombak untuk menuju kematiannya.
Untungnya, tradisi mengerikan ini dilarang oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1905. (bpc2)