Membangun usaha harus didasari dengan kejujuran, menghargai sebuah proses, tidak pernah berhenti untuk belajar, dan berada dilingkungan yang positif.
———
Lipsus Hari Kartini 2020 (Bagian 3)
“USAHA tak akan pernah mengkhianati hasil.” Uangkapan ini merupakan salah satu pengangan bagi Kartini, SKM. Mustahil mimpi dan cita-cita besar bisa dicapai jika tidak mau berproses. “Iya. Itu pasti,” ungkapnya. Namun ada hal yang lebih penting dari itu, yakni kejujuran.
Dunia bisnis erat kaitannya dengan kepercayaan. Ini menjadi modal utama, karena kepercayaan orang lain harus dijaga dengan baik. Bersikap jujur merupakan alat untuk mendapatkan kepercayaan tersebut.
Sebuah usaha yang dibangun dengan ketidakjujuran tidak akan membuatnya mampu bertahan lama. Ibarat rumah tampak megah, tapi tidak dibangun dengan pondasi kuat, maka dalam waktu akan runtuh, bahkan mungkin mencelakai orang-orang di sekelilingnya. Lunturlah kepercayaan orang.
Oleh sebab itu, membangun bisnis bukan hanya sebatas menguatkan tekad untuk tumbuh dan berhasil, tapi juga memikirkan orang-orang di sekeliling, sebab mereka ikut menebar peran dalam kesuksesan yang telah raih.
Orang-orang yang datang kepada kita, karena mereka percaya bahwa kita bisa membantu mereka.
Sekali saja penghianatan yang mereka dapat, maka akan melunturkan puluhan tahun kejujuran yang telah kita bangun.
Sikap jujur akan membuahkan hasil yang baik bagi siapapun. Dan bisnis harus di mulai, dan dijalani dengan kejujuran.
“Jujur harus nomor satu, dan harus kita jaga jika ingin berkah, berbicara tidak menyakiti orang lain, dan selalu befikir positif,” ujarnya.
Kartini merupakan satu dari sekian banyak wanita yang mengerti, bahwa keberhasilan harus dicapai dengan proses yang panjang.
Ada banyak halangan dan rintangan dihadapi dalam membangun usaha, itulah prosesnya. Terpenting, bagaimana mengelola setiap rintangan itu menjadi sebuah pembelajaran saat menjalani usaha kedepannya.
Inilah poin selanjutnya dalam membangunkan sebuah bisnis, selain kejujuran. Mampu dan menghargai sebuah proses.
Dia juga meyakini, hampir 90% orang yang sanggup bertukus-lumus, berusaha maksimal, berjuang dari bawah dan sanggup jatuh bangun, pasti berhasil.
Tapi, jika tidak memperbaiki diri dengan segala rintangan yang ada, biasanya orang seperti ini akan gagal.
Lain cerita dengan orang yang memang dilahirkan kaya, mendapat warisan, menang uandian dan lain sebagainya.
Namun, kembali lagi, segala sesuatu yang dihasilkan tanpa proses, cenderung jiwa juangnya sangat rendah. Sehingga jika dihadapkan pada satu kondisi yang rumit akan sangat mudah putus asa.
“Dulu walaupun saya PNS. Suami saya juga PNS. Tapi berusaha mandiri. Saya harus berkembang dengan tidak tergantung pada orang lain, ungkap Kartini dengan penuh optimis.
Keberhasilan yang tampak dan diraih Kartini saat ini, memang tidak lepas dari sokongan orang-orang tercinta di sekelilingnya.
Dukungan yang dia dapat adalah dukungan moral. Orang-orang di sekelilingnya terus membakar semangat kepada Kartini untuk maju. Dalam berproses ini, kita pasti akan menghadapi masa naik turun, disitulah seni berbisnis adakala untung adakala rugi.
“Ketika untung tidak membuat kita lupa diri. dan ketika rugi adalah masa kita memperbaiki diri agar kedepan lebih baik,” ungkapnya.
Dalam membangun bisnis, jangan berhenti belajar, ciptakan iklim yang baik, dan berada di tengah orang-orang dan lingkungan positif.
Jika belajar dari Kartini, bagaimana dia membangun karakter enterpreneur, memang penting untuk menumbuhkan semangat berwirausaha di dalam diri sendiri terlebih dahulu.
Kartini sendiri, saat dia telah memantapkan hati untuk mengembangkan usahanya, dia mulai belajar banyak dari berbagai hal. Dia memberi asupan pada otak dengan banyak membaca buku, berdiskusi dengan orang-orang yang dianggapnya mampu untuk membuat dia tumbuh.
Termasuklah mengubah mental dari manusia biasa menjadi mental-mental kuat dengan merujuk pada orang-orang yang dianggapnya sukses.
Inilah poin selanjutnya, dalam membangun bisnis, jangan berhenti belajar, ciptakan iklim yang baik, dan berada di tengah orang-orang dan lingkungan positif.
Dalam hal ini, ketokohan orang sukses sangat diperlukan agar dirinya bisa merincikan poin-poin apa yang akan dicapai, persisi seperti sosok yang diidolakan.
“Saya kadang menghabiskan uang jutaan rupiah hanya untuk membeli buku. Dan semuanya saya baca, saya pelajari,” ucapnya.
Jangan heran, kalau saat ini, koleksi buku Kartini cukup banyak, Ini menunjukkan bahwa seorang enterpreneur selalu haus ilmu, dan tidak akan pernah berhenti untuk belajar.
Sampai pada masanya, Kartini ingin mengetahui lebih jauh tentang kemampuan dengan cara mengikuti beberapa kali tes bakat. Alhasil, secara keilmuan, dia lebih menonjol untuk menjadi seorang motivator.
Hal ini juga tidak lepas dari pengaruh mentor-mentornya. Diantaranya ada Tung Desem Waringin—penulis buku mega-best seller, sang motivator ulung, Financial & Marketing Revolution, Dewa Eka Prayoga, Master Coach DR Imam Elfahmi, Adi W Gunawan—pakar Hypnoterapi, Antoni Robin serta beberapa motivator lainnya di Indonesia.
Lalu tumbuh rasa yang tinggi untuk berbagi di dalam diri Kartini (fase pengabdian kepada masyarakat), terutama untuk kaum hawa.
Sejatinya, dia telah mengetahui sebuah rahasia besar dalam diri, bagaimana untuk tumbuh-berkembang untuk sukses. Antara lain adalah menjaga kejujuran, ciptakan komonikasi yang menyenangkan dan menghilangkan pikiran negatif.
“Allah SWT sudah bilang: Aku tergantung persangkaan hambaku — Kalau kita berpasangka baik, maka akan menjadi baik, demikian juga sebaliknyak. Dan ini berlaku bagi siapapun, dan kepada siapapun. Setiap orang ketika kita memberikan prasangka baik kepadanya, maka dia akan memberikan respon dengan baik kepala kita.”
Prasangka baik inilah terlebih dahulu diafirmasikan kepada diri. Menanam secara kuat di dalam benak bahwa kita bisa sukses, lalu pupuk dan jaga pikiran itu dengan baik, kemudian diberengi dengan usaha yang sungguh-sungguh, hingga tak seorangpun mampu menyangkal kesuksesan yang akan dicapai, maka semuanya akan mudah untuk dilakukan. 99% upaya yang sungguh-sungguh mengambil peran dalam kesuksesan seseorang, selebih adalah kuasa Allah, berserah diri dengan apa yang telah dilakukan.
Masalahnya, menurut Kartini, saat ini masih banyak orang berdalih bahwa kegagalan itu sebuah takdir. Padahal upaya yang dilakukan baru sedikit.
Ini salah satu karakter orang-orang gagal, mereka selalu menyelamatkan diri dengan menyalahkan lingkungan dan mencari pembenaran yang seharusnya tidak dilakukan.
Bahkan Allah SWT telah menyerahkan mimpi untuk sukses itu kepada diri setiap orang. Seberapa besar usaha dan kesungguhan untuk mengubah situasi ini, juga tergantung dari diri sendiri. (Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri: QS. Ar-Ra’d:11).
Dalam buku: Tersesat di Jalan yang Benar, Kartini menuliskan sebuah judul yang cukup menggambarkan proses dan perjalanannya dalam meraih sebuah keberhasilan. “Tak ada cara instan jadi kaya.”
Intinya, membangun bisnis (sejenisnya), tak akan mungkin menjadikan kita kaya, jika itu dilakukan dengan pijakan keterpaksaan (tak ada pilihan lain).
Keterpaksaan dalam membangun usaha hanya cukup untuk bertahan hidup, tak akan maju, bahkan sangat mungkin bangkrut.satu hal yang harus diingat adalah selama kita menjalani proses maka kita akan selalu diuji dengan kemudahan ataupun kesulitan.
(bpc3) – Bersambung…