BERTUAHPOS.COM, TEMBILAHAN – Ironis betul nasib para santri dari pondok pesantren Tunas Harapan, pasca rencana pembangunan Islamic Center Inhil. Bahkan untuk shalat pun, ratusan santri ini harus menumpang di majelis guru karena surau sudah dirubuhkan.
Ase, S.Ag, seorang pengelola sekaligus guru Ponpes Tunas Harapan Tembilahan menyebutkan ada sekitar 160 santri Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan 44 santri Madrasah Aliyah (MA).
Belum lagi santri Ibtidaiyah, Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) dan Pendidikan Diniyah Takmiliyah Awaliyah (PDTA) yang belajar di pesantren yang cukup dikenal di era tahun 90- an ini.
Para santri Ponpes Tunas Harapan terpaksa belajar dengan ruang belajar seadanya. Lingkungan sekolah juga terkepung pagar proyek Islamic Center yang dibangun masa Bupati Indra Muchlis Adnan ini.
Antara ruang belajar tingkat MA dan MTs dipisahkan oleh dinding seng proyek multi years yang terbengkalai ini. Jalan menuju sekolah ini juga dibiarkan rusak parah dan bangunan sekolah, khususnya tingkat MTs yang memprihatinkan.
Karena bangunan suraunya sudah dirubuhkan, maka santri saat masuk waktu shalat terpaksa menumpang shalat di ruang majelis guru. Sekolah ini juga tidak memiliki asrama lagi (dulu memiliki asrama dan rumah pengasuh Ponpes), bangunan hilang akibat pembangunan Islamic Center ini.
“Kami akan mempertanyakan dan meminta pihak Pemkab Inhil dan Yayasan agar menjelaskan status Ponpes Tunas Harapan dan lahan tanah wakaf milik umat yang dimilikinya. Karena ini merupakan tanah wakaf dan lembaga pendidikan agama yang perlu diselamatkan,” ungkap juru bicara MPI, Tengku Suhandri, didampingi penasehat hukum yang selama ini konsen memperjuangkan persoalan dan hak masyarakat, Zainuddin Acang, SH.
Seharusnya lembaga pendidikan agama seperti ini harus disupport pembangunan dan sarana prasarananya oleh pemerintah, bukan sebaliknya. (ezy)