BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Gubernur Riau Syamsuar mengklarifikasi banyak tudingan mengenai bencana kabut asap di Riau merupakan bukti bahwa Pemprov Riau terkesan mengabaikan tindakan penanganan dilapangan. Bentuk abai lainnya yakni lemahnya penegakan hukum terhadap perusahaan diduga terlibat Karhutla sehingga menyebabkan Riau kembali dipapar kabut asap.
“Sebenarnya kami tidak abai. Harusnya masyarakat dan semua pihak bisa memandang masalah ini (Karhutla) secara objektif,” ujarnya saat memberikan klarifikasi di kantor Gubernur Riau, Senin, 16 September 2019.
Syamsuar mengklaim bahwa upaya penanganan sudah dilakukan dengan berbagai cara. Selain upaya pemadaman secara langsung di lokasi lahan yang terbakar, sosialisasi kepada masyarakat hingga pada tahapan penegakan hukum. Dia menyebut terhadap semua upaya ini memang tidak mudah, dan ada tahapan-tahapan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan berlaku.
Baca : Ribuan Mahasiswa UIR Turun, Kantor DPRD Riau Terkepung
Dia menyebut, jika dilihat dari angka statistik hotspot, jumlah titik panas yang muncul di Riau lebih sedikit jika dibandingkan provinsi tetangga seperti Jambi dan Sumatera Selatan (Sumsel). Jumlah hotspot yang muncul di Provinsi Riau tersebut merupakan bukti bahwa seluruh pihak sudah bekerja di lapangan untuk memadamkan api. Jika abai, jumlah hotspot di Riau diyakininya jauh lebih banyak jika dibandingkan daerah lain di Sumatera.
Baca : Tuntut Ditemui Ketua Dewan, Massa Aksi Unilak Berusaha Dobrak Gerbang DPRD Riau
Sementara itu, jika dilihat dari sisi transportasi, sejauh ini belum ada pemberhentian aktivitas penerbangan di Bandara SSK II Pekanbaru. Syamsuar membandingkan kondisi seperti ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi kabut asap yang pernah terjadi pada tahun 2015 lalu.
Syamsuar juga mengklaim bahwa asap di Pekanbaru bukan sepenuhnya berasal dari sisa Karhutla yang terjadi di provinsi ini. Melainkan sisa Karhutla di daerah lain di Sumatera mengarah ke Pekanbaru, sehingga Ibukota Provinsi Riau ini ditutup kabut asap.
“Meski sudah memberitahu kepada masyarakat dan perusahaan untuk tidak membakar lahan, kondisi musim kemarau juga menjadi faktor penting mengapa banyak lahan di Riau dan daerah lainnya di Sumatera yang terbakar,” sebutnya.(bpc3)Â