BERTUAHPOS.COM, RENGAT – Dengan Motto ‘Biar Badan Terkurung’ Tapi Tidak Untuk Kreatifitas, begitulah ungkapan motto yang dipegang oleh Narapidana Warga Binaan Pemasyarakat (WBP) Rutan Kelas II B Rengat yang mengatasnamakan ‘Komunitas Musik’ yang terdiri dari lima pemain musik handal.
Tampil tiap hari didepan pengunjung, lima pemain musik handal ini behasil memnghilangkan nuansa ‘seram’ di Rutan Kelas II B Rengat. Bagaimana tidak pengunjung yang biasanya disuguhkan dengan siapa latar belakang narapidana dengan berbagai macam pernmasalahn yang menimpa mereka. Kini nuansa seram tersebut justru nyaris hilang dimata pengunjung.
Ini dia lima pemain musik WBP Rutan Kelas II B Rengat, yang diketuai P. Tambunan sebagai vokalis, Disit Saragih sebagai pemain bas, Hendro Gitaris, Doni Hutapea sebagai melodi, dan Iwan pemain Drumer. Yahh mereka berlima berhasil menghilangkan nuansa ‘seram’ di Rutan Kelas II B Rengat.
Sedikit diceritakan para napi tentang terbentuknya Band mereka tersebut. kata P Tambunan awalnya mereka ditunjuk oleh Kepala Rutan, dengan sistem acak untuk mempertunjukkan kebolehannya dibidang seni musik, hingga akhirnya terbentuklah band tersebut.
“Biar badan kami terkurung, tapi tidak dengan imajinasi serta karya kami tetap dapat disalurkan,” kata P Tambunan saat diwawancara bertuahpos.com Jumat 12 Juli 2019.
Awalnya mereka putus asa pasalnya mereka tidak dapat menyalurkan hobi mereka, bagaimama tidak hidup yang terkurung serta dibayangi dengan penyesalan yang mendalam atas perbuatan mereka hingga akhirnya para napi tersebut harus mendekam dibalik jeruji besi.
Hal tersebut pun tak lepas dari sentuhan tangan dingin Kepala Rutan Kelas II B Rengat Irdiansyah Rana AMD IP SH M. Hum. Dengan inovasi yang dikembangkannya termasuk dengan menyediakan peralatan musik dan merekrut pemain-pemain musik agar dapat menghilangkan suasana ‘seram’ itulah tujuannya bahkan akan bertekad membangun pondok santren di Rutan menjadi program utama bapak 2 anak ini.
“Bagaimana konotasi negatif terhadap para napi tidak akan mudah dihilangkan, namun dengan upaya-upaya ini kita dapat mendidik dan mendengar keluhan para napi sendiri, karena sejahat dan seperti apapun yang dilakukannya diluar sana mereka tetaplah manusia dan pasti mempunyai ‘Hati yang Suci’ ini akan saya percaya dimanapun saya bertugas nantinya,” kata Irdiansyah
Â
Ernita Saragih, pengunjung Rutan. “Kini pengunjung sangat nyaman dan nuansa seram Rutan nyaris hilang,” katanya sembari menonton permainan musik ala Napi. Jumat 12 Juli 2019.
Dijelaskan Ernita, bahwa ia juga mempunyai pengalaman buruk terhadap anaknya, sewaktu ia dan anaknya ingin berkunjung ke Rutan. Bagaimana tidak sang anak yang masih berumur 3 tahun tersebut harus melihat para narapidana terkutung dengan tembok dan jeruji. “Secara psikologis, anak saya pasti terganggu, namun dengan adanya perubahan seperti ini saya justru semakin sering membawa anak saya, bahkan anak saya pun ikut bernyanyi dengan para napi,” ujarnya.(bpc18)
Â