Allah SWT memberikan waktu khusus kepada umatnya. Dimana pada waktu ini Allah SWT membuka diriNya untuk menerima doa-doa hambanya. Maka berdoa pada waktu tersebut sangat mustajab dan akan dikabulkan Allah.
Salah satu waktu mustajab untuk berdoa adalah ba’da ashar di hari Jumat. Rasulullah SAW bersabda, “Pada hari Jum’at terdapat dua belas jam (pada siang hari), di antara waktu itu ada waktu yang tidak ada seorang hamba muslim pun memohon sesuatu kepada Allah melainkan Dia akan mengabulkan permintaannya. Oleh karena itu, carilah ia di akhir waktu-setelah Ashar.” Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Dawud.
Iman Ahmad menjelaskan, juga menuturkan hal yang sama. Dalam Fatwa Sual Wal Jawab Nomor 112165, dia mengungkapkan memang kebanyakan hadis mengena waktu yang diharapkan terkabulnya doa adalah ba’da ashar dan setelah matahari bergeser-waktu shalat jumat.
Menurut pendapat Ibnul Qayyim, waktu yang dimaksud dalam hadis Rasulullah SAW itu yakni akhir waktu ashar dan diagungkan oleh semua orang yang beragama [Zadul Ma’ad 1/384]. Bagaimana maksud ba’da ashar tersebut? Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid berkata, bagi yang menginginkan mencari waktu mustajab setelah Ashar hari jumat, ada beberapa cara:
Pertama, tetap tinggal di masjid setelah shalat ashar, tidak keluar dari masjid dan berdoa. Ditekankan ketika akhir waktu ahsar (menjelang magrib), ini adalah kedudukan tertinggi. Said bin Jubair jika shalat ashar tidaklah berbicara dengan sseorangpun samapi tenggelam matahari.
Kedua berangkat ke masjid menjelang magrib kemudian shalat tahiyatul masjid, berdoa sampai akhir waktu ashar ini adalah kedudukan pertengahan. Ketiga duduk ditempatnya–rumah atau yang lain-berdoa kepada Rabb-nya sampai akhir waktu ashar. Ini adalah kedudukan terendah, menurut Fatwa Sual Wal Jawab Nomor 112165
Perhatikan bagaimana semangat para salaf dahulu memanfaatkan berkahnya waktu ba’da ashar di hari Jumat. “Dahulu Sa’id bin Jubair apabila telah shalat ashar, ia tidak berbicara dengan seorang pun sampai tenggelam matahari (magrib) karena sibuk dengan berdoa.†ujar Ibnul Qayyim dalam-Zadul Ma’ad 1/384. (bpc3)