BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Alkisah, ada mahasiswa Indonesia yang sudah lama kuliah di luar negeri. Karena kuliah di luar negeri, mahasiswa ini merasa sangat pintar dan mengagungkan ilmu pengetahuan, dan bahkan mulai tak percaya adanya Allah SWT.
Suatu hari, datanglah mahasiswa ini ke pak kyai. Dia ingin mengajukan tiga pertanyaan kepada pak kyai.
“Pak kyai,” ujar mahasiswa tersebut. “Saya ingin mengajukan tiga pertanyaan, yang tak bisa dijawab oleh setiap orang yang saya tanya,” lanjut dia.
“Silahkan, mau bertanya apa? Kalau saya mampu, insya Allah saya jawab,” berkata pak kyai.
“Baiklah. Pertama, kalaulah benar Allah itu ada, coba tunjukkan. Yang mana Allah itu. Kalau tidak bisa menunjukkan, berarti Allah tidak ada kan?” pak kyai hanya manggut-manggut.
“Kedua, kalaulah neraka itu ada, berarti setan tak akan kesakitan berada didalamnya, karena katanya setan terbuat dari api. Api tak mempan melawan api. Bukankah pekerjaan Allah ini sia-sia belaka?”
“Terakhir, apa itu takdir? Itu pak kyai, silahkan dijawab,”Â
Baru saja mahasiswa tersebut selesai bertanya, maka ditamparlah pipinya oleh pak kyai. Terkejut dan kesakitanlah mahasiswa tersebut.
“Aduh, pak kyai. Kalau tak bisa menjawab, jangan main kasar. Mengapa pak kyai menampar saya?” tanya dia.
“Tampar itulah jawaban tiga pertanyaan engkau. Pertama, tamparan aku sakit?”
“Sakit pak kyai”,
“Tunjukkan rasa sakit itu. Seperti apa wujudnya. Mana dia rasa sakit itu?” sang mahasiswa terdiam, tak bisa menunjukkan seperti apa rasa sakit itu.
“Kalaulah rasa sakit saja tak bisa dilihat, bagaimana manusia yang terbatas ini bisa melihat Allah pencipta semuanya? Kedua, sekarang saya tanya lagi, tangan saya terbuat dan dibungkus apa?” tanya pak kyai lagi.
“Kulit pak kyai,”
“Lalu, pipimu terbuat dari apa?”
“Kulit pak kyai,” kata mahasiswa tersebut, masih agak bingung.
“Kalau begitu, kulit sama kulit saja sakit. Berarti, tidak sia-sia Allah SWT menciptakan neraka dari api, karena setanpun akan tetap tersiksa,” jelas pak kyai lagi. “Tadi sebelum datang ke sini, engkau salat?”
“Tidak pak kyai,” jawab mahasiswa tersebut.
“Nah, karena itulah engkau aku tampar. Karena engkau tak salat. Coba kalau engkau salat, pasti tak akan aku tampar. Itulah takdir,” tutup pak kyai.
Mendengar hal tersebut, mahasiswa tersebut tersadar, dan segera bertaubat. Dia juga menjadikan pak kyai sebagai gurunya untuk memperdalam agama Islam. (berbagai sumber/bpc2)