Jelang Momentum Pilgub Riau, Circle of Islamic Studies Soroti Krisis Dunia Politik

Share

BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Menyikapi dinamika politik akhir-akhir ini, sebuah forum diskusi yang menamakan diri Circle of Islamic Studies (CIS) melihat kecenderungan perilaku elit politik tidak pada konsep idealnya. Hal ini melahirkan anti pati masyarakat luas hingga berimbas kepada minimnya partisipasi untuk menggunakan hak pilih dalam Pemilu (golongan putih).

Forum ini diselenggarakan di Kantor Al-Azhar Islamic Tour Jl Arifin Ahmad Pekanbaru, Jumat kemarin (16/2). Sebagai pemateri diantaranya, Andi Saputra SUd MAg-alumnus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan dihadiri beberapa akademisi antara lain Dr Alimuddin Hasan Palawa dari UIN Suska Riau, Jayus Ssos MIKom akademisi Universitas Muhammadiyah Riau dan beberapa akademisi perguruan tinggi lainnya.

Dalam pemaparan diskusi itu Andi Saputra menyebut bahwa seluruh aspek kehidupan terkait persoalan politik. Dia mengadopsi teori Plato tentang politik, bahwasanya politik adalah jalan mewujudkan kebahagiaan. “Pada sisi lain, manusia sebagaimana diungkapkan Aristoteles adalah mahkluk politik (homo politicus). Karenanya, eksistensi manusia di dunia, berkait berkelindan dengan aspek politik,” ujarnya.

Adapun paradigma profetik yang berisi humanisasi (amar ma’ruf), liberasi (nahi munkar)  dan transendensi (ketuhanan) sebagaimana diusung Kuntowijoyo, bahwa Islam menjunjung tinggi usaha-usaha untuk memanusiakan manusia dan melakukan pembebasan manusia dari keterbelakangan, kebodohan dan segala bentuk penindasan. Oleh sebab itu, jika kata politik disandingkan dengan profetik, maka paradigma yang dibangun bahwa politik semestinya berdiri di atas fondasi nilai-nilai kenabian.

“Jika telah demikian, segala bentuk pereduksian makna politik, dapat diminimalisir terjadinya,” sambungnya.

“Sementara terkait dinamika politik di Provinsi Riau,  tingginya angka golput bisa jadi dipicu  jauhnya perilaku politik para elit dari politik profetik itu sendiri dan tentunya menjadi catatan bagi penyelenggara pilkada,” kata Andi.

Solusi yang ditawarkan dalam diskusi ini, diperlukan pemberian pendidikan politik bagi khalayak ramai. Masyarakat harus melek politik dan tidak boleh alergi apalagi sampai pada penentuan sikap tidak memilih alias golput. Karena politik berimplikasi terhadap hak-haknya sebagai umat atau warga negara, mulai dari hukum, sosial bahkan ekonomi.

Penyelengara kegiatan diskusi Abdul Malik Al Munir MHum yang merupakan direktur Cirlcle of Islamic Studies didampingi sekretaris umum Parluhutan Siregar MHum, menyebut bawa Cirlcle of Islamic Studies hadir dan membuat diskusi semacam ini dalam rangka menyikapi femomena sosial keummatan.

“Diskusi yang diselenggarakan ini sudah kali keempat, dan insyaAllah akan ada diskusi lanjutan yang menyorot fenomena sosial kemasyarakatan, selain itu forum ini menjadi wadah bagi para akademisi yang tergabung di dalamnya untuk penggalian dan pengembangan keilmuan,” ujar Malik. (bpc3)