Laporan Khusus

Sekelimumit Rencana Rumit yang Belum Terungkap di RSUD Arifin Achmad

Share

Ketika corona menginfeksi sekian banyak orang di Wuhan, China, ada rencana rumit di internal RSUD Arifin Achmad, Pekanbaru. Kalangan medis yakin, kalau Covid-19 akan menerobos Bumi Lancang Kuning.

BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Pada Januari 2020, dokter spesialis paru di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru, Indra Yovi sudah was-was. 

Bukan tanpa alasan. Karena memang sejak awal, dia mengikuti perkembangan informasi kasus penyebaran virus Corona (Covid-19) di Wuhan, China. 

Ketika itu, Yovi berinisiatif untuk menjumpai pimpinannya, Direktur Utama RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Nuzelly Husnedi dengan maksud untuk mengutarakan kecemasan itu. 

“Kalau di sini (Riau) terjadi seperti di Wuhan, apa yang harus kita lakukan?”

“Ah, jauh itu,” timpal Nuzelly.

“Tak jauh itu. Kalau nanti neberang bagaimana?” sahut Indra Yovi meyakinkan Nuzelly.

Sejenak Nuzelly merenung. Ada benarnya apa yang dikatakan Yovi. Namun, ketika itu kasus penyebaran corona masih terfokus ke China, sehingga belum ada inisiatif untuk mengambil langkah antisipasi. 

Dia kemudian meminta penjelasan logis dari Yovi, mengapa Riau perlu bersiap menghadapi pandemi ini.

“Apa pembandignya?” tanya Nuselly.

“Dulu kita pernah kalang kabut,” jawab Yovi. 

Ingatan Nuzelly kembali pada peristiwa penanganan wabah flu burung. Pihak RSUD Arifin Achmad dibuat kalang kabut karena keterbatasan sarana dan prasarana. 

“Kalau begitu, persiapkan sajalah. Datang tak datang (corona), kita antisipasi saja,” perintah Nuzelly ke Indra Yovi.

Sejak saat itu, Nuzelly dan Indra Yovi intens melakukan diskusi mengenai konsep RSUD Arifin Achmad sebagai rumah sakit Paripurna. Jika terjadi sebuah bencana, maka penanganan sudah pasti akan terfokus ke rumah sakit ini.

Nuzelly kemudian mengumpulkan beberapa orang penting dari kalangan dokter dan pihak manajemen untuk mengaktifkan kembali Tim Hospital Disester Plan. Saat mendengar rencana ini, beberapa orang yang diajak bicara sempat menganggap remeh. 

“Memang ada bencana apa, Pak?” tanya bawahannya.

“Ada berita seperti ini (tentang wabah Covid-19), kita harus persiapan. Kita antisipasi aja,” jawab Nuzelly.

Langkah selanjutnya, Nuzelly mempersiapkan Surat Keputusan (SK) dengan melakukan revisi terhadap SK Tim Hospital Disester Plan sebelumnya, dan disesuaikan dengan kondisi bencana biologis saat ini.

Seiring dengan persiapan tim itu, perkembangan berita mengenai pandemi ini terus dipantau dan diikuti. Diskusi secara internal makin sering terjadi. Saat itu sudah ada kekhawatiran kuat kalau virus ini akan nyeberang ke Indonesia. 

Nuzelly berinisiatif membicarakan rencana ini ke pihak rumah sakit lain (dalam skala Pekanbaru). Dia kemudian menggelar sebuah forum khusus.

Orang-orang yang diajak untuk diskusi juga semakin meluas. Tidak lagi secara internal, atau pada tahapan lingkaran dunia kesehatan semata. 

Dia mencoba mengajak Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Mimi Yuliani Nazir untuk bertukar pendapat, bahwa kemungkinan akan terjadi wabah corona, peluangnya kian besar. Seperti di Wuhan.

Mimi sendiri ketika itu juga menanggapi dengan serius. Sehingga munculah rencana untuk menyampaikan hal ini kepada Gubernur Riau Syamsuar. 

“Memang sejak Januari, itu semua sudah dipersiapkan,” kata Mimi kepada Bertuahpos.com, 10 November 2020 di Pekanbaru. 

Waktu itu, Nuzelly yang dipercaya untuk menyampaikan segala kemungkinan dan langkah antisipasi penyebaran Covid-19 kepada Syamsuar. 

“Akhirnya saya jumpa dengan Pak Gubernur, saya sampaikan bahwa wabah (covid-19) sudah terjadi di Wuhan, Pak. Kalau senadainya itu terjadi di Riau, maka kita akan melakukan seperti ini (langkah antisipasi).”

“Iya, saya juga mendengar kabar itu di Wuhan. Pesiapkan sajalah,” respon Syamsuar.

Mendapat sambutan demikian, Nuzelly memerintahkan Tim Hospital Desester Plan untuk bergerak cepat melakukan segala persiapan di RSUD Arifin Achmad. 

Sebelumnya, di rumah sakit ini sudah punya ruang rawat pasien flu burung. Namun kondisinya sangat tidak memadai. 

Dia kemudian kembali berdiskusi dengan Indra Yovi mengenai rencana perbaikan ruangan rawat tersebut. 

“Gimana? (kondisnya) memang jelek sekali. Kalaupun diperbaiki paling hanya mampu menampung empat sampai enam orang,” kata Nuzelly.

“Virus ini, penularannya human to human. Bukan dari hewan ke orang,” timpal Indra Yovi.

“Kalau begitu, kita harus menyediakan ruangan seperti penyakit biasa,” sambungnya.

Ada satu gedung yang baru saja dibebaskan ruangannya. Seluruh pelayanan di gedung ini sudah dipindahkan ke tempat yang baru. 

Gedung itulah yang akan disulap menjadi tempat penanganan khusus pasien positi covid-19. Lalu, dibentuk lagi sebuah tim baru. Namanya Tim Rekayasa Ruangan. 

Nuzelly memerintahkan kepada tim ini untuk mencari segala macam referensi tentang bagaimana penanganan bencana biologis. 

Ruangan itu akan dimodifikasi sedemikian rupa agar layak dijadikan tempat untuk penanganan pasien Covid-19. Kesimpulannya, harus melakukan rekayasa sesuai dengan ajuran WHO.

Tak lama kemudian berhembuslah kabar, bahwa sudah ada dua warga di Bogor yang dinyatakan positif Covid-19. 

Selang hanya beberapa minggu munculnya satu kasus suspek Covid-19 di Riau yang menyerang seorang pria berusia paruh baya, yang baru pulang dari kegiatan tabligh akbar di Malaysia.

Nuzelly kemudian menjumpai Mimi dan Indra Yovi. 

“Saya tak mau gaduh. Masalah ini harus ada satu orang yang mengkoordinir dan harus ditangani oleh dokter spesialis paru,” katanya kepada Indra Yovi. 

“Karena diagnosis tidak ada ciri khasnya, maka perlu kompetensi yang cukup. Maka perlu fatwa yang khusus. Maka saya minta dokter Yovi yang memberikan fatwa itu. Semua rumah sakit yang ragu akan berkomunikasi dengan Yovi untuk memutuskan apakah gejala-gejala yang muncul benar Covid-19 atau tidak.”

Dokter Indra Yovi menerima amanah itu karena sejak awal, memang dia yang lebih peduli dan punya komitmen untuk ‘melawan’ wabah ini. 

Semua keputusan bisa diambil dengan cara diskusi secara mendalam. Karena memang ketika itu laboratorium dan fasilitas pendukung untuk penanganan wabah belum ada sama sekali. 

Sejalan dengan itu, Pemprov Riau sudah mempersiapkan Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19. Yovi lah yang langsung ditunjuk menjadi Juru Bicara. 

“Maka semuanya berkomunikasilah dengan Yovi,” ujar Nuzelly. Begitulah awal mula persiapan penanganan Covid-19 di RSUD Arifin Achmad.

8 Bulan Kemudian

Seiring berjalannya waktu, kekhawatiran banyak pihak tentang wabah ini benar adanya. Pandemi corona sudah terlanjur mewabah. Jutaan orang sudah terkonfirmasi positif Covid-19.

Seiring berjalannya waktu, upaya penanganan terhadap wabah ini juga terus dilakukan. Penerapan protokol kesehatan dengan patuh pada 3 M dianggap senjata ampuh melawan corona untuk sementara waktu.

“Masyarakat juga harus sadar bahwa penanganan wabah ini harus dilakukan secara bersama-sama, tidak mungkin hanya berharap pada pemerintah saja,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Mimi Yuliani Nazir.

Dia menambahkan, wabah ini sudah melumpuhkan banyak sektor terutama perekonomian Riau. Di masa pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB, hampir semua sendiri sosial dan ekonomi lumpuh. Kondisi itu kemudian pulih setelah pemerintah menerapkan kebijakan new normal. 

“Boleh berkegiatan, asalkan disiplin protokol kesehatan harus dipatuhi. Di Riau kan, sudah jelas seperti disampaikan oleh Pak Gubernur, bahwa standar protokol kesehatan yang kita berlakukan tidak hanya dengan menjaga jarak, mencuci tangan dan memakai masker, tapi juga menghindari kerumunan,” sambungnya.

Sementara itu, Gubernur Riau Syamsuar, sejak awal sudah mengingatkan bahwa disiplin terhadap protokol kesehatan di tengah pandemi, menjadi sebuah keharusan bagi setiap orang, termasuk pemerintah sendiri.

“Saya tidak akan pernah berhenti mengingatkan masyarakat agar selalu patuh pada protokol kesehatan, dalam setiap kesempatan, di mana pun dan kapan pun,” ujarnya. 

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Riau Indra Yovi, jauh sebelum ini sudah menegaskan, kehidupan baru yang sesungguhnya, yakni membudayakan diri dengan kebiasaan baru agar patuh pada protokol kesehatan tidak terus-terusan menjadi beban.

“Bagaimana protokol kesehatan itu harus menjadi budaya bagi setiap warga. Bagaimana ada rasa malu kalau mereka keluar rumah tidak pakai masker. Sanksi moral seperti ini sejatinya menyadarkan kita semua untuk selalu waspada,” sambungnya.

Per 24 November 2020, total kasus terkonfirmasi Covid-19 di Provinsi Riau sudah berjumlah 18.854, dengan jumlah isolasi mandiri sebanyak 1.802, dirawat di  rumah sakit sebanyak 220, sembuh 16.413 dan meninggal dunia 419.

Sedangkan untuk jumlah suspek sudah 15.863 dengan rincian 6.470 isolasi mandiri, 25.145 sudah selesai isolasi, 85 isolasi di rumah sakit dan 165 meninggal dunia. (bpc2)